Gadis Tuna Wicara yang Ahli Menyulam

Penyandang cacat tak ada beda dengan manusia normal. Mereka tetap diberikan Allah SWT kelebihan lainnya sebagai bekal hidup. Itulah yang dialami Mutia Rosa (17), yang kini duduk di bangku kelas III SMP Luar Biasa Labuy, Banda Aceh.

IMRAN JONI - BANDA ACEH



Suasana Taman Sari tampak begitu semarak. Pagi Sabtu (3/5), banyak orang menyaksikan pameran kerajinan para penyandang cacat. Ada yang tersenyum, ada pula takjub melihat buah tangan anak-anak penyandang cacat. Tak terkecuali karya Mutia Rosa, dara berusia 17 tahun.

Ini anugerah Allah SWT kepada kami,” ujar Hasbi didampingi istrinya saat ditemui pada pameran anak-anak penyandang cacat di Taman Sari, Banda Aceh. Hasbi dan Rosmalina asal Tapaktuan, Aceh Selatan, orang tua kandung Mutia Rosa.

Menurut Hasbi, anaknya sejak lahir tahun 1991 tidak bisa bicara (tuna wicara). Ketika mengandung, istrinya tidak ada firasat apapun terhadap Mutia Rosa. Bahkan sampai usia satu tahun, Mutia seperti kebanyakan anak normal.

Namun ia lebih dahulu bisa berjalan daripada bicara,” ujar Hasbi. Memasuki usia dua tahun, Mutia juga tidak bisa berbicara, meski ada suara, tetapi tidak bisa keluar. Anaknya itu hanya memberikan aba-aba dengan mengangkat tangan sebagai isyarat.

Bahkan seluruh keluarga justru mengira Mutia masih belum lancar benar untuk berbicara. Sebagai layaknya anak-anak lainnya, saat usia Mutia memasuki tahun ke tiga, ia masih tetap seperti semula tidak bisa bicara, hanya mengandalkan tangan.

Kami sudah bawa Mutia ke dokter dan ketika diperiksa ternyata Mutia memang punya pita suara pendek, sehingga ketika mau bicara suaranya tidak bisa keluar dengan lancar,” ungkap pegawai Pemkab Aceh Selatan itu.

Pada umur lima tahun, Mutia masuk sekolah taman kanak-kanak. Karena ia tidak bisa bicara, Hasbi kemudian membawa Mutia ke sekolah penyandang cacat di Desa Labuy, Banda Aceh. Di sekolah itu, ia tinggal di asrama,” tutur Hasbi.

Mereka masuk sekolah seperti biasa, diajarkan tulis menulis dan membaca serta diberikan keterampilan sesuai bakat anak,” ujar Yossi, kepala Sekolah Luar Biasa Yayasan Pembina Penyandang Cacat YPPC, Yossi.

Yossi menyebutkan, jumlah anak cacat di sekolah YPPC Labuy, Banda Aceh sebenarnya cukup banyak. Namun, pihaknya hanya menampung sesuai kapasitas. Mereka berasal dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi Aceh.

Usai belajar, anak-anak kemudian diberikan kegiatan ekstra kurikuler. Ada perbengkelan, tukang kayu, menyanyi, menjahit, melukis, membuat ukiran dan sebagainya. Pada prinsipnya, kami membimbing bakat dan minat anak-anak dengan kesabaran, ungkap Yossi. (*)

Refferensi: http://www.rakyataceh.com/index.php?open=view&newsid=4547&tit=Berita%20Utama%20-%20Gadis%20Tuna%20Wicara%20yang%20Ahli%20Menyulam

No Response to "Gadis Tuna Wicara yang Ahli Menyulam"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes