Tahapan Konflik

Perkembangan sebuah kelompok selalu berbeda satu dengan yang lainnya. Namun demikian, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk membentuk sebuah kelompok. Berikut ini adalah beberapa tahapan dalam pembentukan kelompok.

Forming. Forming adalah tahap orang berkumpul dan membentuk sebuah kelompok. Pada suatu kegiatan, tidak sedikit peserta yang mengikutinya karena penugasan. Kondisi seperti ini tidak jarang menimbulkan perasaan was-was maupun keraguan di hati peserta tersebut. Beberapa pertanyaan yang mungkin muncul adalah “Apakah saya dapat mengikuti kegiatan ini dengan baik?” atau “Apakah saya dapat berbaur dengan peserta yang lain?”. Seorang fasilitator diharapkan dapat memastikan bahwa setiap peserta yang terlibat dalam kegiatan tersebut merasa nyaman dengan lingkungan barunya tersebut. Berikan perhatian secara khusus kepada peserta. Berikan waktu kepada para peserta untuk saling mengenal satu sama lain. Pada kesempatan ini, fasilitator dapat pula menggunakan permainan yang memecah kekakuan (ice breaker).

Informing. Informing merupakan tahap dimana kelompok yang baru terbentuk tersebut diberi penjelasan tentang tujuan dari kegiatan yang akan diselenggarakan. Pada tahap ini biasanya akan didapati interaksi antaranggota karena setiap peserta mulai sadar bahwa mereka menuju pada tujuan yang sama. Seorang fasilitator biasanya akan mencari titik pijak yang sama, dan membentuk visi, misi, serta tujuan kelompok. Fasilitator diharapkan dapat menggunakan kegiatan pengenalan dan agenda yang jelas.

Storming. Pada tahap ini, pembangunan peran diantara masing-masing peserta mulai terbentuk. Storming merupakan fase yang sangat penting dalam dinamika kelompok, karena pada tahap ini akan terjadi tarik menarik, uji coba, bahkan konflik. Benturan antarpribadi sangat mungkin terjadi pada tahap ini – bahkan benturan antara peserta dengan pemimpin kelompok. Seorang fasilitator diharapkan dapat memberikan dukungan kepada seluruh kelompok. Dengan mengembangkan dan menggunakan teknik-teknik fasilitasi, fasilitator juga perlu senantiasa mengingatkan peserta akan tujuan dan norma-norma kelompok. Usahakan agar fasilitator dapat menjaga terjadinya keterbukaan dan mendorong setiap peserta untuk mengatasi konflik yang terjadi.

Norming. Tahapan ini merupakan tahap stabilisasi dimana aturan, ritual, dan prosedur telah ditetapkan dan diterima oleh seluruh peserta. Peserta telah menyepakati identitas perasn sehingga terciptanya suasana kebersamaan. Jalan menuju kemajuan disepakati dan disetujui bersama. Fasilitator diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menghaluskan proses. Jika diperlukan, perbaiki atau sesuaikan norma yang ada, untuk kemudian diserahkan kembali implementasinya kepada kelompok.

Mourning. Mourning merupakan tahap akhir dari proses pembentukan sebuah kelompok. Pada tahapan ini, seluruh tugas telah selesai dikerjaan dan tujuan utama pembentukan kelompok sudah terpenuhi. Siklus kehidupan kelompok secara resmi telah berakhir. Terkadang muncul rasa sedih diantara peserta. Sebagian mulai memikirkan tugas lain yang telah menanti. Fasilitator yang baik diharapkan dapat membantu peserta dalam mempersiapkan masa transisi dari pembentukan kelompok menuju bubarnya kelompok. Pastikan bahwa ada semacam ‘ritual’ perpisahan, baik secara individu maupun secara kelompok.

Transforming. Pada tahapan ini, tim telah menjadi dinamis karena pembentukan kelompok sudah terjadi dan mulai ada perubahan baik di masing-masing peserta maupun pada kelompok secara keseluruhan. Sebagai seorang fasilitator, diharapkan dapat menunjukkan dukungan dan rasa percaya kepada kelompok. Hargai perubahan yang terjadi dengan memberikan pujian. Yang perlu diingat adalah sebaiknya pujian yang diberikan tidak berlebihan.

FAKTOR PENYEBAB KONFLIK

* Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.

Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.

* Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.

Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

* Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda.

* Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.

Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.

Konflik

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Individu dalam massa

Individu Dalam Massa
• Kehilangan kepribadian yang sadar dan rasional, tindakan kasar dan irasional, menurut secar membabi buta pada pemimpin
• Melakukan hal-hal yang berlawanan dengan kebiasaan → agresi

Teori frustasi-agresi dari Fuller-Miller, mengemukakan:
• Agresivitas merupakan cerminan dari frustasi yang dirasakan oleh massa
• Kuat lemahnya tergantung besar kecilnya hambatan dalam mencapai tujuan tersebut

Menurut Sidis, individu dalam massa akan terkena hipnotis bentuk ringan sehingga pertimbangan kritis hilang

Kondisi Psikologis Individu Dalam Massa
Menurut Gustave Le Bon, massa itu mempunyai sifat-sifat psikologis tersendiri. Orang yang tergabung dalam suatu massa akan berbuat sesuatu, yang perbuatan tersebut tidak akan diperbuat bila individu itu tidak tergabung dalam suatu massa. Sehingga massa itu seakan-akan mempunyai daya melarutkan individu dalam suatu massa, melarutkan individu dalam jiwa massa. Seperti yang dikemukakan oleh Durkheim bahwa adnaya individual mind dan collective mind, yang berbeda satu dengan yang lain. Menurut Gustave Le Bon dalam massa itu terdapat apa yang dinamakan hukum mental unity atau law mental unity, yaitu bahwa massa adalah kesatuan mind, kesatuan jiwa.
Menurut Allport, sekalipun kurang dapat menyetujui tentang collective mind tetapi dapat memahami tentang pemikiran adanya kesamaan (conformity), tidak hanya dalam hal berpikir dan kepercayaan, tetapi juga dalam hal perasaan (feeling) dan dalam perbuatan yang tampak (overt behaviour).

Jenis, Penyebab dan dinamika gerakan Massa

Ada tiga jenis gerakan massa, yaitu :

1. Gerakan massa progresif : mengganti norma lama dan membentuk norma yang baru
2. Gerakan massa status quo : mempertahankan norma lama (konservatif)
3. Gerakan massa reaksioner : orang yang bersifat untung-untungan, lebih lunak/fleksibel, tidak tegas dan selalu mementingkan golongannya sendiri.



Penyebabnya :

Salah satu pandangan berpendapat bahwa manusia merupakan individu yang mempunyai dorongan atau keinginan yang pada prinsipnya membutuhkan pemuasan atau pemenuhan. Tetapi dalam kenyataannya tidak semua dorongan atau keinginan yang tidak memeperoleh pelepasan terdorong dan tersimpan didalam alam bawah sadar, yang suatu saat akan muncul kembali diatas sadar bila keadaan memungkinkan.

Dalam kehidupan bermasyarakat adanya norma-norma tertentu yang merupakan pedoman yang membatasi gerak atau perilaku anggota masyarakat. Dengan adanya norma, anggota masyarakat tidak dapat bebuat seenaknya. Norma berfungsi dapat menyesuaikan keadaan lingkungan, dengan menyesuaikan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Salah satu mengenai perbuatan masa adalah berdasarkan atas faktor psikologis yang mendasar yaitu orang bertindak dalam massa atas dorongan yang muncul dari alam bawah sadarnya yang ditekan. Jika masalah dipendam akan kurang baik, karena hal itu akan muncul kembali dalam bentuk massa.



Proses Dinamika Gerakan Massa :

1. Pemusatan perhatian
2. Pusat rasa kagum dan perasaan berada pada suatu massa
3. Penciptaan suasana kebersamaan
4. Pemimpin menbayar massa untuk menjalankan aktivitas

Massa Abstrak dan Massa Konkrit

Massa Abstrak dan Massa Kongkrit (Mennicke, 1948)
1. Massa Abstrak adalah sekumpulan orang-orang yang sama sekali belum terikat satu kesatuan, norma, motif dan tujuan. Alasan timbul :
• Ada Kejadian Menarik
• Individu Dapat Ancaman
• Kebutuhan Tidak Terpenuhi

2. Massa Kongkrit adalah massa yang mempunyai ciri-ciri: Ciri-ciri:
• Adanya kesatuan mind dan sikap
• Adanya ikatan batin dan persamaan norma
• Ada struktur yang jelas
• Bersifat dinamis dan emosional, sifat massa jelas.

Antara masssa abstrak dan massa kongkrit kadang-kadang mempunyai hubungan, dalam arti bahwa masa abstrak dapat berkembang atau berubah menjadi massa yang kongkrit dan sebaliknya masa kongkrit dapat berubah menjadi massa abstrak. Tetapi ada kalanya masa abstrak bubar tanpa adanya bekas.

Pengertian Psikologi Massa

1. Perspektif Psikologis
Psikologi massa, atau psikologi sosial, harus ditempatkan dalam ranah komunikasi massa, dan karena itu sebetulnya gejala psikologis dalam komunikasi itu agak dangkal atau sporadis, jika komunikasi itu kita pahami sebagai sesuatu yang terjadi secara otomatis begitu saja [ibarat hanya sekedar berbicara].

Tetapi jika komunikasi itu kita pahami sebagai proses transformasi atau sharing pesan (message), maka gejala psikologisnya akan sangat mendalam, sebab kita sebetulnya sedang berhadapan dengan orang yang berkarakter tertentu, dan karakternya itu dibentuk oleh carapandangnya, atau tujuan-tujuan standard (subject aim) yang ia miliki atau juga adanya tujuan-tujuan ‘titipan’, yang sebenarnya dimiliki oleh orang atau institusi lain.

Karena itu, teori S-R (Stimulus-Respons) memainkan peran penting dalam hal ini. Artinya bahwa tindak komunikasi massa terjadi karena adanya suatu rangsangan (stimuli), dan pesannya itu tersampaikan atau diterima karena adanya respons atau tanggapan.

Jadi ada suatu proses ‘kesalingan’ dalam berkomunikasi, dan hal ‘kesalingan’ itu terjadi karena pihak pemberi stimuli menyampaikan materi atau pesannya secara tepat [dengan bahasa yang bisa dimengerti, dan simbol yang menyentuh], serta si penerima pesan memberi respons yang memadai [bisa negatif, dalam arti menolak atau juga positif, dalam arti menerima].

1.1. Stimulus dan Respons
Memahami dua hal ini adalah sama halnya dengan memahami manusia secara utuh. Rata-rata dalam teori psikologi behaviorisme, seperti dianut Skinner, manusia terbatas dalam berhubungan dengan lingkungan dan sesamanya. Keterbatasan itu diakibatkan karena secara fisiologis, kita hanya memiliki lima alat indra,– penglihatan (mata), pendengaran (telinga), penciuman (hidung), perabaan (kulit), dan perasa (lidah). Panca indra itu merupakan satu kesatuan dalam menangkap setiap stimuli yang sifatnya memberi data untuk menjelaskan suatu perilaku manusia. Jadi adanya S-R itu tidak bisa dimengerti sebatas apa yang kita tangkap dengan indra itu, melainkan jauh lebih mendalam dan komprehensif. Yaitu kita harus melibatkan kemampuan kognitif (pemikiran, thought) dalam memahami setiap pesan stimuli.

Stimuli akan membawa kita pada adanya suatu obyek perangsang, dan polanya datang kepada kita melalui apa yang kita tangkap dengan indra tadi. Dari data yang berhasil ditangkap indra, kita harus membuat kesimpulan, dan proses menarik kesimpulan itu adalah proses adaptasi hasil tangkapan indra dengan akal budi, atau pemikiran. Jadi proses yang berlangsung setelah menerima rangsangan adalah proses ‘meresapi’ (to fell) dan ‘memahami’ (verstehen, understanding).

Kesimpulan itu yang mematangkan kita untuk yakin bahwa apakah sesuatu yang kita terima itu ‘baik’, ‘benar’, ‘tepat’, atau sebaliknya ‘buruk’, ‘salah’, ‘keliru’. Keyakinan itu yang menuntun kita untuk menjadi percaya akan ada tidaknya pesan dari stimuli tadi, dan itu akan membimbing suatu perilaku tertentu sebagai bentuk respons.

Dengan memasukkan proses kognitif tadi maka setiap bentuk perilaku yang muncul bukanlah hasil ‘ramalan’ (guess), melainkan hasil pemikiran yang komprehensif. Oleh sebab itu jika kemudian hasil pemikiran itu melahirkan aksi sosial atau tindakan sosial, semua itu didorong oleh keyakinan yang telah terbentuk tadi.

1.2. Menyebrang dari Individu ke Massa (Kelompok): Mencoba Memahami Karakter Individu dalam Massa
Psikologi itu memiliki obyek material yakni manusia, dalam hal ini perilaku manusia, baik sebagai individu maupun kelompok. Aspek perilaku yang diteliti dalam psikologi itu kompleks, termasuk perilaku kerja dan perilaku aksi massa.

Hal ini perlu dikatakan sebab, di sekitar individu dan masyarakat ada medan stimulus yang sangat kuat dan kompleks, dan proses pemberian rangsangan itu terjadi melalui berbagai media perantara, termasuk organ indra manusia itu.

Jika kita berbicara mengenai psikologi massa, maka sebetulnya kita menjadikan massa sebagai suatu medan di mana proses-proses S-R tadi terjadi. Dalam hal itu, kemampuan mengidentifikasi bentuk perilaku massa adalah sesuatu yang penting.
Saya mencoba membawa kita ke dalam beberapa langkah mengenal karakter massa, dari suatu pendekatan S-R tadi.

Kasus I:
Pertandingan Bulutangkis memperebutkan Piala Thomas antara Indonesia Vs Korea

Para supporter Indonesia bergegap gempita. Riuh suara mereka memenuhi stadion Istora Senayan Jakarta, menyaksikan pahlawan-pahlawan Bulutangkis Indonesia berjuang melawan pahlawan-pahlawan Bulutangkis Korea Selatan.

Mata kameramen tertuju pada adanya beberapa orang artis di antara para supporter itu. Ada Agnes Monika yang kelihatan sangat agresif, Miing Bagito yang menari-nari, bahkan Menpora Adhyaksa Dault yang sampai berdoa memohon kemenangan kepada Tim Thomas Indonesia.
Di terbine, tampak spanduk bertuliskan “Ayo Rebut Piala Thomas” dan “Ayo Rebut Piala Uber”, lalu di bagian bawah tulisan itu ada juga tulisan “Satu Abad Kebangkitan Nasional”.

Para pahlawan Bulutangkis kita terus berjuang, dan riuh-rendah suara supporter tetap menggema. Tetapi ada supporter yang terkesan tenang. Ari Sihasale dan istrinya Nia Sihasale-Zuklarnaen, hanya duduk di tepi lapangan menyaksikan pertandingan itu. Ari bahkan terlihat ‘tongka dagu’ sambil menyaksikan pertandingan alot itu. Demikian pun Istri Taufik Hidayat yang duduk di panggung utama bersama Agum Gumelar yang terksan tenang menyaksikan pertandingan itu, dan memang Taufik pun kalah.

Tim Thomas Indonesia akhirnya kalah telak 1:3 dari Korea. Langkah ke Final terhenti. Dan Tidak ada Piala Thomas untuk Indonesia.

Dari kasus itu, sejenak kita bisa melihat pola-pola perilaku para supporter tadi. Pertanyaannya ialah bagaimana kondisi S-R yang tampak pada para supporter itu. Mari kita mengidentifikasi hal-hal yang bisa dikategorikan sebagai stimuli, dan melihat bagaimana pola respons yang diberikan para supporter tadi.

Massa

Massa (berasal dari bahasa Yunani μάζα) adalah suatu sifat fisika dari suatu benda yang digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku objek yang terpantau. Dalam kegunaan sehari-hari, massa biasanya disinonimkan dengn berat. Namun menurut pemahaman ilmiah modern, berat suatu objek diakibatkan oleh interaksi massa dengan medan gravitasi.
Sebagai contoh, seseorang yang mengangkat benda berat di Bumi dapat mengasosiasi berat benda tersebut dengan massanya. Asosiasi ini dapat diterima untuk benda-benda yang berada di Bumi. Namun apabila benda tersebut berada di Bulan, maka berat benda tersebut akan lebih kecil dan lebih mudah diangkat namun massanya tetaplah sama.
Tubuh manusia dilengkapi dengan indera-indera perasa yang membuat kita dapat merasakan berbagai fenomena-fenomena yang diasosiasikan dengan massa. Seseorang dapat mengamati suatu objek untuk menentukan ukurannya, mengangkatnya untuk merasakan beratnya, dan mendorongnya untuk merasakan gaya gesek inersia benda tersebut. Penginderaan ini merupakan bagian dari pemahaman kita mengenai massa, namun tiada satupun yang secara penuh dapat mewakili konsep abstrak massa. Konsep abstrak bukanlah berasal dari penginderaan, melainkan berasal dari gabungan berbagai pengalaman manusia.

Konsep modern massa diperkenalkan oleh Isaac Newton dalam penjelasan gravitasi dan inersia yang dikembangkannya. Sebelumnya, berbagai fenomena gravitasi dan inersia dipandang sebagai dua hal yang berbeda dan tidak berhubungan. Namun, Isaac Newton menggabungkan fenomena-fenomena ini dan berargumen bahwa kesemuaan fenomena ini disebabkan oleh adanya keberadaan massa.

Organisasi

(Yunani: ὄργανον, organon - alat) adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah unt tujuan bersama.

Dalam ilmu-ilmu sosial, organisasi dipelajari oleh periset dari berbagai bidang ilmu, terutama sosiologi, ekonomi, ilmu politik, psikologi, dan manajemen.[1] Kajian mengenai organisasi sering disebut studi organisasi (organizational studies), perilaku organisasi (organizational behaviour), atau analisa organisasi (organization analysis).[1]

Kelompok Kecil

Apakah Saudara ingin mengalami kedewasaan rohani? Kelompok kecil adalah salah satu cara yang sangat baik untuk menggapainya. Kelompok kecil merupakan sarana untuk mempertumbuhkan iman, pengharapan dan kasih. Melalui kelompok kecil Saudara dapat belajar firman Tuhan, menyembah Allah, bersekutu dengan sesama, dan belajar melayani dan bersaksi. Kelompok kecil memberi konteks yang ideal untuk mewujud-nyatakan keselamatan Saudara dalam kehidupan sehari-hari.

Kelompok kecil adalah pola yang dipakai Allah guna mempertumbuhkan, memelihara dan memakai umat-Nya di sepanjang sejarah. Hal ini dapat dipelajari dari Alkitab, baik dari dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama, Allah seringkali menggunakan kelompok-kelompok kecil untuk melaksanakan karya-Nya. Allah memakai 8 orang dalam keluarga Nuh untuk menggenapkan rencana-Nya bagi dunia ini (Kejadian 7 – 9). Demikian pula Ia memakai Daniel beserta teman-teman kelompok kecilnya untuk bersaksi di tanah pembuangan mereka di Babel (Dan. 1:6; 13–20; 2:17–18). Lihat juga contoh Musa dalam Keluaran 18:13–26, ketika ia mengikuti nasihat mertuanya, Yitro, untuk membagi kelompok 1000 orang, 100 orang, 50 orang, dan 10 orang, sehingga memungkinkan setiap anggota kelompok mendapat perhatian yang lebih baik. Dalam Perjanjian Baru pola kelompok kecil itu terus dipergunakan. Tuhan Yesus Kristus sendiri menggunakan metode kelompok kecil dengan memfokuskan pemuridan kepada 12 orang murid (Mat. 10:1-5). Pada saat Gereja mula-mula berdiri, selain mengadakan kebaktian bersama, umat Tuhan juga bersekutu dalam kelompok-kelompok kecil di rumah masing-masing (Kis. 2:41-47).

Di jemaat GKI Gading Serpong yang terus bertumbuh secara kuantitas, melalui program Empat Puluh Hari Hidup Yang Bertujuan (40 DOP), dicanangkan pembentukan kelompok-kelompok kecil sebagai salah satu sarana untuk turut memperkembangkan kualitas jemaat. Di GKI Gading Serpong kelompok kecil ini diberi nama KTB (Kelompok Tumbuh Bersama).

Kelompok kecil adalah suatu kelompok yang terdiri dari 6 – 12 orang yang sepakat untuk berkumpul secara berkala dan berkesinambungan dalam suatu tempat untuk melakukan berbagai hal yang menunjang pertumbuhan di dalam Kristus. Tiap kelompok kecil terdiri dari beberapa anggota dan satu/dua fasilitator (pemimpin/wakil).

Di dalam kelompok kecil, Saudara dan anggota kelompok yang lain dapat bersama-sama memuji Tuhan, berdoa dan belajar firman Tuhan. Saudara dapat menonton VCD bersama-sama atau saling membagikan berkat yang diperoleh dari membaca buku tertentu. Saudara dapat mendalami Alkitab dan menjawab pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan buku panduan.

Di dalam kelompok kecil Saudara dilatih dasar-dasar hidup kekristenan, seperti saat teduh, jam doa yang teratur, menggali firman Tuhan, dan melayani sesuai dengan talenta yang telah dikaruniakan-Nya. Melalui kelompok kecil Saudara pun dapat terlatih menjadi terampil dalam berdoa, ber-PA, ber-PI, memimpin persekutuan (MC), memimpin kelompok kecil, dan lain-lain.

Kelompok kecil menawarkan suasana persekutuan yang penuh kehangatan, kasih dan perhatian. Selain itu, secara teknis, kelompok kecil sangat praktis, efisien dan fleksibel. Praktis tempatnya, efisien dalam waktu dan biaya, serta fleksibel untuk disesuaikan dengan kebutuhan. Meskipun demikian hasilnya sangatlah baik, yaitu: sasaran pembinaan dan pelayanan lebih cepat tercapai, karakter diubahkan, karunia diperkembangkan, para pelayan Tuhan berlipat ganda, lebih banyak orang dimenangkan, sehingga nama Tuhan dimuliakan.

Saudara adalah murid Kristus. Selain bersekutu secara pribadi dengan Tuhan dan beribadah bersama dalam Kebaktian Umum, Saudara perlu memiliki persekutuan dalam kelompok kecil. Kelompok kecil adalah suatu pola pemuridan yang baik dan efektif.

Program 40 DOP menawarkan pembentukan kelompok-kelompok kecil. Marilah Saudara! Ikutlah serta! Daftarkan diri Saudara segera!

Dyad

Late Latin dyad-, dyas, from Greek δυας, from dyo

Dyad

Late Latin dyad-, dyas, from Greek δυας, from dyo

Tujuan kelompok

Tujuan Kelompok Tujuan kelompok dapat diartikan sebagai gambaran yang diharapkan anggota yang akan dicapai oleh kelompok. Tujuan kelompok harus jelas dan diketahui oleh seluruh anggota. Untuk mencapai tujuan kelompok tersebut diperlukan aktivitas bersama oleh para anggota. Hubungan antara tujuan kelompok dengan tujuan anggota bisa : a) sepenuhnya bertentangan, b) sebagian bertentangan, c) netral, d) searah dan e) identik. Dengan demikian bentuk hubungan a tidak menguntungkan dan bentuk d adalah yang paling baik. Tujuan kelompok dirumuskan sebagai perpaduan dari tujuan individual dan tujuan semua anggota kelompok. Tujuan kelompok yang efektif harus mempunyai aspek-aspek sebagai berikut: - dapat didefinisikan secara operasional, dapat diukur dan diamati - mempunyai makna bagi anggota kelompok, relevan, realistik dapat diterima dan dapat dicapai - anggota kelompok mempunyai orientasi terhadap tujuan yang telah ditetapkan - adanya keseimbangan tugas dan aktivitas dalam mencapai tujuan individu dan kelompok - bersifat menarik dan menantang serta mempunyai resiko kegagalan yang kecil dalam mencapainya - adanya kemudahan untuk menjelaskan dan mengubah tujuan kelompok - berapa lama waktu yang diperlukan oleh suatu kelompok untuk mencapai tujuan kelompok

Ketertarikan Interpersonal

Menurut William C. Schultz ada tiga dimensi hubungan interpersonal, yaitu:



1. Need of inclusion (perasaan sebagai anggota dari suatu kelompok), keinginan untuk menumbuhkan rasa memiliki.
* Undersocial: misalnya, minder, menarik diri, tertutup.
* Social : misalnya, tahu situasi dan kondisi.
* Oversocial : misalnya, over akting.



1. Need of control (kebutuhan untuk mendominasi dan dominasi)
* Abdicrat : cirri-cirinya penurut.
* Democrat : cirri-cirinya memiliki kemampuan yang kuat.
* Autocrat : cirri-cirinya mendominasi suatu kelompok.



1. Need of affection (kasih sayang), kebutuhan untuk menyukai dan disukai.
* Underpersonal : membuat jarak dengan orang lain, menolak bantuan orang lain.
* Personal : independent, tidak bergantung pada orang lain.
* Overpersonal : kerjasama individu yang kuat dengan orang lain.







Sumber : Klara Innata Arishanti, 2005

Karakteristik Kelompok

Kelompok formal

Suatu kelompok kerja yang ditandai dengan struktur organisasi, aturan, fungsi dan lain-lain

a. Kelompok Komando
Kelompok yang tersusun atas Atasan dan Bawahan dan
ditentukan oleh bagan organisasi

b. Kelompok Tugas
Kelompok yang ditetapkan secara organisasional yang
bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas


2. Kelompok informal

Suatu kelompok yang tidak terstruktur secara formal atau tidak ditetapkan secara organisasi, terdiri dari dua tipe yaitu :

a. Kelompok Kepentingan
Kelompok yang bekerja sama untuk mencapai suatu sasaran
khusus yang menjadi kepedulian bersama
b. Kelompok Persahabatan
Kelompok yang bersama-sama karena mempunyai kesamaan karakter

Eksperimen Laboratorium

Seperti kelas laboratorium lainnya eksperimen adalah bagian sentral dari NOP. Kolom Experiments mengarahkan pada halaman awal, di mana eksperimen tertentu dapat dipilih sesuai kriteria berbeda. Kriteria ini termasuk kategori zat, jenis reaksi, cara kerja, dan tingkat kesusahan. Anda juga dapat mengambil daftar semua (sekitar 75) eksperimen yang tersedia di sini. Koleksi NOP terdiri atas dua kelompok eksperimen laboratorium: eksperimen pada modul pengajaran NOP (Lehrmodul) telah dioptimalisasi, dianalisis, dan dievaluasi secara ekstensif. Eksperimen laboratorium ini dimaksudkan sebagai standar dan mendemonstrasikan bagaimana reaksi kimia dapat dioptimalisasi dan dievaluasi bahkan dalam konteks pendidikan. Judul-judul semua eksperimen pada modul pengajaran NOP ditampilkan dengan latar belakang abu-abu. Untuk eksperimen lainnya data yang diperlukan untuk melaksanakan eksperimen secara aman disediakan, dan juga analisis lengkap produk-produk tersebut. Akan tetapi, eksperimen tersebut belum dioptimalisasi dan dievaluasi secara ekstensif. Mahasiswa dan pengajar diberi kesempatan untuk mengoptimalisasi dan mengevaluasi eksperimen tersebut dalam proyek-proyeknya sendiri.

Untuk setiap eksperimen halaman overview menampilkan persamaan reaksi, jenis reaksi, kategori zat yang terlibat dan cara kerja yang paling penting. Beberapa reaksi dapat dilaksanakan dengan cara yang berbeda dan bervariasi, contohnya dengan peralatan laboratorium klasik atau secara alternatif dengan oven microwave. Jika variasi alternatif reaksi tersedia, nomornya ditampilkan di bawah NOP-No. Nomor ini dihubungkan langsung dengan eksperimen yang bersangkutan.

Halaman untuk petunjuk menampilkan petunjuk sintesis dengan komentar hingga tiga batch sizes untuk eksperimen dalam modul pengajaran NOP, biasanya 10 dan 100 mmol. Prosedur untuk melaksanakan reaksi, purifikasi (pemurnian), dan pendaurulangan zat dibahas dalam bagian ini. Juga disebutkan waktu rata-rata untuk eksperimen, aspek yang mungkin mengalami gangguan, dan manajemen limbah. Komentar menggambarkan teknik-teknik yang digunakan dan bahan kimia. Untuk semua eksperimen petunjuk sintesis untuk semua batch size disediakan dalam dokumen PDF, beserta data analisis, komentar tambahan, prosedur pendek tentang manajemen limbah, dan daftar lengkap semua zat yang dibutuhkan. Dokumen PDF ini boleh di-print dan dipakai sebagai petunjuk di lab, di mana komputer dengan akses internet kadangkala sulit ditemukan.

Dalam skema pengoperasian, yang disediakan untuk semua eksperimen, bagan cara kerja ditampilkan beserta bagan material. Skema pengoperasian secara grafik juga merupakan ringkasan yang baik untuk menemukan target optimalisasi yang mungkin, contohnya dalam pendaurulangan atau pemrosesan limbah dan identifikasi produk tambahan.

Pilihan menu "substances" telah dibahas sebelumnya.

Pilihan menu selanjutnya, "equipment", menampilkan semua peralatan laboratorium yang diperlukan untuk eksperimen dengan foto untuk membantu mahasiswa pemula terutama mahasiswa asing untuk mengidentifikasi peralatan lab yang baru atau belum diketahui.

Pilihan menu "evaluation" mengumpulkan semua indikasi penting untuk reaksi seperti kapasitas (yield), ekonomi atom, efisiensi massa, massa zat yang dipakai dalam eksperimen dan massa zat yang dihasilkan/zat produk.

Beberapa eksperimen juga mempunyai teks evaluasi, yang mencoba mengintegrasikan kriteria berbeda untuk evaluasi, contohnya toksisitas (tingkat racun) zat yang digunakan atau dihasilkan, kapasitas yield), banyak limbah atau energi yang dipakai, etc. untuk evaluasi keberlanjutan yang lebih lengkap. Estimasi evaluasi juga diindikasikan oleh simbol rambu-rambu lalu lintas: lampu hijau menandai eksperimen yang efisiensi massa dan energinya sangat baik dan pemakaian zat-zat berbahaya minimal. Lampu kuning diberikan untuk eksperimen dengan beberapa resiko berkaitan dengan kesehatan manusia dan/atau lingkungan, dan juga bahwa dengan demikian harus dilaksanakan dengan derajat kehati-hatian dan keselamatan yang sesuai. Lampu merah memberitahukan aspek problematik eksperimen, yang mencuat dalam evaluasi bahaya. Untuk eksperimen jenis ini usaha preventatif tentang keselamatan yang ekstensif harus dilakukan dan eksperimen harus dioptimalisasi âĂŞ atau bahkan diganti dengan eksperimen lain yang kurang berbahaya. Jika symbol menunjukkan tanda tanya, eksperimen dapat dipakai sesuai dengan kriteria NOP (contohnya tidak ada zat berkadar racun tinggi, mencemari lingkungan, atau persisten dipakai atau dihasilkan dalam eksperimen, efisiensi massa dan energi dapat dioptimalisasi dan menggambarkan jenis reaksi penting dalam kimia organic). Resiko potensial untuk kesehatan manusia atau lingkungan telah ditelaah dengan evaluasi data ketersediaan data dan klasifikasi sesuai factor efek, ungkapan resiko, ungkapan keselamatan, nilai TLV, dan kategori polusi air. Untuk zat yang belum menjadi bagian dari modul pengajaran NOP, data tambahan seharusnya dicari oleh mahasiswa. Dengan cara ini mereka dapat melatih kemampuan/skill mereka dalam mengevaluasi potensial bahaya bahan kimia dengan sendirinya. Semua eksperimen dengan lampu merah dan yang tanpa evaluasi lengkap dapat dipakai dalam pelatihan kelas laboratorium jika langkah keselamatan yang diperlukan diaplikasikan.

Pilihan menu "analytics" menampilkan dalam kebanyakan kasus sebuah kromatogram (GC atau HPLC) dari bahan mentah dan produk yang telah dipurifikasi beserta data kromatografik. Untuk identifikasi spektroskopik, spektrum resonansi nuklir magnetic proton dan 13C NMR dan juga spectrum inframerah diberikan. Spektrum ini juga biasanya disediakan untuk bahan mentah dan juga produk yang telah dipurifikasi. Spektrum dalam modul pengajaran NOP juga kebanyakan diberikan dalam bentuk interaktif, berdampingan dengan model 3-D produk tersebut.

Pilihan menu "technical directives" terbagi menjadi beberapa petunjuk umum (German Betriebsanweisung) untuk laboratorium dan petunjuk teknis untuk eksperimen (German only) sesuai dengan alinea 20 German Gefahrstoffverordnung dalam bentuk dokumen PDF.

update April 24, 2008

field study

A field study is a term used by naturalists for the scientific study of free-living wild animals in which the subjects are observed in their natural habitat, without changing, harming, or materially altering the setting or behavior \\of the animals under study.

Field study is an indispensable part of biological science. It helps to reveal the habits and habitats of various organisms present in their natural surroundings. Field studies is also an important featur4

Pendekatan Empiris

Definisi:

berdasarkan pengalaman (terutama yang diperoleh dari penemuan, percobaan, pengamatan yang telah dilakukan)

Psychology Perbandingan Teoriteori

Setiap Orang Telah Mempunyai Pengalaman Dan Pengetahuan Didalam Dirinya Dan Tertata Dalam Bentuk Struktur Kognitif Pembelajaran Akan Berhasil Bila Materi Baru Bersinambung Dengan Stuktur Kognitif Yang Sudah Ada from blogspot.com
Psikologi

Contohnya Dalam Suatu Kasus KDRT Psikologi Sosial Akan Focus Pada Penyebab Orangorang Tertentu Melakukan KDRT Sedangkan Sosiologi Akan Melihat Perbandingan Angka KDRT Pada Berbagai Lapisan Dalam Kelompok Masyarakat Psychological Social Psychology PSP Behavioral Perspective Dalam Perspektif Ini Stimulus Yang Ada Langsung Diterima Oleh Manusia Tanpa Ada Proses Belajar Teoriteori Dalam Perspektif Ini Operant Behavior And Reinforcement Social Learning Theory from ac.id

Teori Produktivitas Kelompok

Dikembangkan dari tiga teori yang berbeda orientasi :

1. Orientasi penguat : teori- teori tentang belajar
2. Orientasi lapangan : teori-teori tentang interaksi
3. Orientasi kognitif : teori-teori tentang harapan

Karakteristik Kelompok (Sorsyth, 1979), yaitu :

a. Interaksi : mencajup fisik, verbal, nonverbal, emosional

b. Struktur : pola hubungan yang stabil diantara anggota kelompok

c. Norma : aturan di dalam suatu kelompok yang mendeskripsikan secara tepat

d. Relasi antar anggota

Tujuan teori produktivitas kelompok ada intrinsik dan ekstrinsik (tujuan bersama).

Ekstrinsik adalah faktor pemersatu kelompok yang paling kuat contohnya olah raga dan memotivasi perilaku tertentu sehingga tujuan tercapai. Groupness adalah kesatuan, lebih detailnya lagi dimana tingkat kesatuan kekuatan tunggal menyatu.

Sumber : Klara Innata Arishanti, 2005

Teori Sintalitas Kelompok

Sintalitas dapat diartikan sebagai kepribadian suatu kelompok atau lebih tepat sebagai efek yang dimiliki kelompok secara total, mencakup kebersamaan, dinamika, temperamen dan kemampuan kelompok. Didalam teori sintalitas kelompok ada dimensi kelompok, yaitu:

a. Sifat-sifat sintalitas : pengaruh adanya kelompok sebagai keseluruhan terhadap kelompok lain dan lingkungannya.

b. Sifat-sifat struktur kelompok : hubungan antara anggota kelompok, perilaku kelompok dan pola oraganisasi kelompok.

c. Sifat-sifat populasi : sifat rata-rata anggota kelompok. Sifat-sifat pribadi independent dari kelompok akan dibawa ke kelompok apabila individu sebagai anggota kelompok. Cattel menggunakan rata-rata sifatnya, misalnya rata-rata intelegensi dan dan rata-rata sikap terhadap masalah.

Kita dapat meyimpulkan sintalitas kelompok dari perilaku yang tampak, misalnya agresivitas suatu kelompok terhadap kelompok lain. Sifat-sifat struktur internal adalah hubungan antaranggota kelompok yang sifat strukturnya dipantulkan dalam pola organisasi kelompok. Contoh struktur internal seperti peran, klik, status dan jaringan komunikasi.

Sumber : Prof. Dr. Bimo Walgito, 2007

Dinamika Kelompok

adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami [1].

Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamika berati interaksi atau interdependensi antara kelompok satu dengan yang lain, sedangkan Kelompok adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan bersama[2].

B . Pengertian Kelompok

1. Interaksi Interpersonal
a) Homans (1950) : kelompok adalah sejumlah individu berkomunikasi
satu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu yang
jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga tiap orang dapat
berkomunikasi dengan semua anggota secara langsung.
b) Bonner (1959) : kelompok adalah sejumlah individu yang
berinteraksi dengan individu yang lain.
c) Stogdill (1959) : satu sistem interaksi terbuka dimana pola interaksi
tersebut ditentukan oleh struktur sistem tersebut.
2. Persepsi Keanggotaan
a) Smith (1945) : kelompok sosial adalah satu unit yang terdiri dari
sejumlah organisme yang mempunyai persepsi kolektif tentang
kesatuan mereka dan mempunyai kemampuan untuk berbuat dan
bertingkah laku dengan cara yang sama terhadap lingkungan
b) Bales (1950) : kelompok kecil adalah sejumlah orang yang
berinteraksi secara langsung dimana masing-masing anggota
menerima persepsi dan impresi pertama dengan yang lain dan
memberi reaksi satu dengan yang lain.
2
3. Kesaling tergantungan
a) Lewin (1951) : konsep tentang kelompok sebagai satu dinamika
haruslah memasuki definisi tentang kesaling tergantungan anggota.
b) Friedler (1967) : kelompok itu adalah individu yang mempunyai
takdir bersama dimana jika satu kejadian mempengaruhi seseorang
dalam kelompok maka anggota lain akan terpengaruh.
c) Cartwright dan Zender (1968) : kelompok itu sekumpulan individu
yang mempunyai hubungan antar anggota yang satu dengan yang
lain yang membuat mereka saling tergantung dalam tingkatan
tertentu.
4. Tujuan
a) Mills (1967) : kelompok adalah satu unit yang terdiri dari dua orang
atau lebih yang bekerja sama atau melakukan kontak untuk
mencapai satu tujuan dan yang mempertimbangkan kerjasama
diantara kelompok sebagai satu yang berarti.
b) Freedman (1936) : orang masuk dalam kelompok antara lain dalam
rangka mencapai tujuan kelompok tersebut.
5. Motivasi
a) Catell (1951) : kelompok adalah sekumpulan organisme yang saling
berhubungan satu dengan lain untuk memenuhi kebutuhan tiap
anggota.
b) Bass (1960) : kelompok adalah sekumpulan individu dimana
keberadaannya sebagai kelompok menjadi reward.
6. Organisasi Terstruktur
a) Mc David dan Harari : organisasi sebagai kelompok adalah sistem
terorganisasi dimana ada dua orang atau lebih individu yang
berhubungan dalam fungsi yang sama, mempunyai seperangkat
standar tentang hubungan peran anggota dan mempunyai morma
yang mengatur tingkah laku anggota kelompok.
b) Sherif dan Sherif (1959) : kelompok adalah unit sosial yang
ditandai sejumlah individu yang mempunyai status, hubungan
peran, norma tertentu yang semuanya itu mengatur tingkah laku
anggota kelompok.
c) Stogdill (1959) : satu sistem interaksi terbuka dimana pola interaksi
tersebut ditentukan oleh struktur sistem tersebut.
7. Mutual Influence
a) Shaw (1979) : dua atau lebih individu yang berinteraksi satu
dengan yang lain dimana masing-masing anggota mempengaruhi
satu dengan yang lain.

A . Psikologi Kelompok – Psikologi Sosial1. Psikologi Kelompok􀂃 Agregrat : karakteristik tertentu, tidak saling mengenal ataupun berinteraksi􀂃 Audiens : melakukan hal yang sama disatu waktu, tidak salingmengenal dan kurang berinteraksi􀂃 Crowd : kedekatan secara fisik, berinteraksi terhadap suatustimulus atau situasi umum􀂃 Tim : berinteraksi secara teratur, aktivitas atau tujuantertentu􀂃 Keluarga : diikat oleh hubungan kelahiran atau ikatan hukum,biasanya tinggal dalam suatu tempat􀂃 Organisasi formal : saling bekerja sama, berstruktur jelas, adanyatujuan bersama2. Psikologi Sosial􀂃 Individu􀂃 Kelompok􀂃 Interelationship : – diantara individu- diantara kelompokB . Pengertian Kelompok1. Interaksi Interpersonala) Homans (1950) : kelompok adalah sejumlah individu berkomunikasisatu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu yangjumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga tiap orang dapatberkomunikasi dengan semua anggota secara langsung.b) Bonner (1959) : kelompok adalah sejumlah individu yangberinteraksi dengan individu yang lain.c) Stogdill (1959) : satu sistem interaksi terbuka dimana pola interaksitersebut ditentukan oleh struktur sistem tersebut.2. Persepsi Keanggotaana) Smith (1945) : kelompok sosial adalah satu unit yang terdiri darisejumlah organisme yang mempunyai persepsi kolektif tentangkesatuan mereka dan mempunyai kemampuan untuk berbuat danbertingkah laku dengan cara yang sama terhadap lingkunganb) Bales (1950) : kelompok kecil adalah sejumlah orang yangberinteraksi secara langsung dimana masing-masing anggotamenerima persepsi dan impresi pertama dengan yang lain danmemberi reaksi satu dengan yang lain.23. Kesaling tergantungana) Lewin (1951) : konsep tentang kelompok sebagai satu dinamikaharuslah memasuki definisi tentang kesaling tergantungan anggota.b) Friedler (1967) : kelompok itu adalah individu yang mempunyaitakdir bersama dimana jika satu kejadian mempengaruhi seseorangdalam kelompok maka anggota lain akan terpengaruh.c) Cartwright dan Zender (1968) : kelompok itu sekumpulan individuyang mempunyai hubungan antar anggota yang satu dengan yanglain yang membuat mereka saling tergantung dalam tingkatantertentu.4. Tujuana) Mills (1967) : kelompok adalah satu unit yang terdiri dari dua orangatau lebih yang bekerja sama atau melakukan kontak untukmencapai satu tujuan dan yang mempertimbangkan kerjasamadiantara kelompok sebagai satu yang berarti.b) Freedman (1936) : orang masuk dalam kelompok antara lain dalamrangka mencapai tujuan kelompok tersebut.5. Motivasia) Catell (1951) : kelompok adalah sekumpulan organisme yang salingberhubungan satu dengan lain untuk memenuhi kebutuhan tiapanggota.b) Bass (1960) : kelompok adalah sekumpulan individu dimanakeberadaannya sebagai kelompok menjadi reward.6. Organisasi Terstruktura) Mc David dan Harari : organisasi sebagai kelompok adalah sistemterorganisasi dimana ada dua orang atau lebih individu yangberhubungan dalam fungsi yang sama, mempunyai seperangkatstandar tentang hubungan peran anggota dan mempunyai mormayang mengatur tingkah laku anggota kelompok.b) Sherif dan Sherif (1959) : kelompok adalah unit sosial yangditandai sejumlah individu yang mempunyai status, hubunganperan, norma tertentu yang semuanya itu mengatur tingkah lakuanggota kelompok.c) Stogdill (1959) : satu sistem interaksi terbuka dimana pola interaksitersebut ditentukan oleh struktur sistem tersebut.7. Mutual Influencea) Shaw (1979) : dua atau lebih individu yang berinteraksi satudengan yang lain dimana masing-masing anggota mempengaruhisatu dengan yang lain.

1. Psikologi Kelompok

rinteraksi
􀂃 Audiens : melakukan hal yang sama disatu waktu, tidak saling
mengenal dan kurang berinteraksi
􀂃 Crowd : kedekatan secara fisik, berinteraksi terhadap suatu
stimulus atau situasi umum
􀂃 Tim : berinteraksi secara teratur, aktivitas atau tujuan
tertentu
􀂃 Keluarga : diikat oleh hubungan kelahiran atau ikatan hukum,
biasanya tinggal dalam suatu tempat
􀂃 Organisasi formal : saling bekerja sama, berstruktur jelas, adanya
tujuan bersama
2. Psikologi Sosial
􀂃 Individu
􀂃 Kelompok
􀂃 Interelationship : – diantara individu
- diantara kelompo

Kedudukan Psikologi Kelompok terhadap Psikologi Sosial

Beberapa ahli psikologi sosial pernah menyatakan bahwa kelompok bukanlah sesuatu yang riil. Floyd Allport sering mengatakan “ Anda tidak dapat tersandung melewati sebuah kelompok”, yang artinya bahwa keberadaan kelompok hanyalah di dalam benak manusia. Dalam pandangan Allport, kelompok hanyalah berbagi serangkaian nilai-nilai, gagasan-gagasan, pikiran-pikiran dan kebiasaan-kebiasaan yang muncul secara bersamaan dalam benak beberapa orang.

Beberapa ahli lain berpandangan bahwa kelompok merupakan sesuatu yang riil yang dapat diperlakukan sebagai objek di dalam lingkungan kita (Durkheim, 1898; Warriner, 1956). Sejalan dengan pandangan ini adalah pandangan yang mendukung bahwa perilaku sosial dapat dijelaskan dengan menekankan keunikan proses-proses kelompok daripada dijelaskan dalam tingkat individu. Dengan demikian, sebuah kelompok itu lebih dari sekedar kedatangan secara kebetulan orang-orang yang bersama-sama berbagi ide. Sebagai contoh, sebuah kerusuhan yang muncul setelah selesainya suatu pertandingan olah raga. Interaksi sosial semacam ini hanya dapat dipahami dengan menganalisa perilaku dalam tingkat kelompok, sebagai kebalikan dari tingkat individual. Tajfel (1982) mendukung analisa perilaku kelompok dan berpandangan bahwa untuk memahami perilaku sosial perlu mempertimbangkan kelompok sebagai entitas sederhana yang nyata, karena keanggotaan dalam kelompok merupakan bagian integral dari konsep diri (self-concept).

Sumber: Klara Innata Arishanti, 2006

I. Psikologi Kelompok
a. Agregat : Karakteristik tertentu, tidak saling mengenal atau pun berinteraksi.
b. Audiens : Melakukan hal yang sama disatu waktu, tidak saling mengenal dan kuran
berinteraksi.
c. Crowd : Kedekatan secara fisik, berinteraksi terhadap suatu stimulus atau
situasi umum.
d. Tim : Berinteraksi secara teratur, aktivitas atau tujuan tertentu.
e. Keluarga: Diikat oleh hubungan kelahiran atau ikatan hukum, biasanya tinggal
dalam suatu tempat.
f. Organisasi Formal: Saling bekerja sama, berstruktur jelas, adanya tujuan bersama.

Definisi Bunuh Diri

Bunuh diri adalah perbuatan menghentikan hidup sendiri yang dilakukan oleh individu itu sendiri atau atas permintaannya. Alasan atau motif bunuh diri bermacam-macam, namun biasanya didasari oleh rasa bersalah yang sangat besar, karena merasa gagal untuk mencapai sesuatu harapan.
WHO mengatakan dalam satu tahun ada satu juta orang melakukan bunuh diri. Di Amerika sendiri tindakan bunuh diri merupakan peringkat sebelas dari penyebab kematian. Dikatakan bahwa wanita lebih banyak 3 kali dibanding pria. Walaupun demikian laki-laki berperanan juga terjadinya bunuh diri pada wanita. Seperti menyakiti, menganiaya, memperkosa yang mambuat perempuan akhirnya nekad bunuh diri. Makanya bunuh diri menjadi penyebab kematian kedua pada remaja.

Motif Bunuh Diri

Motif bunuh diri digolongkan dalam kategori sebab, misalkan :
1.Dilanda keputusasaan dan depresi
2.Cobaan hidup dan tekanan lingkungan.
3.Gangguan kejiwaan / tidak waras (gila).
4.Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta / Iman / Ilmu)
5.Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.

Dalam ilmu sosiologi, ada tiga penyebab bunuh diri dalam masyarakat, yaitu
1.egoistic suicide (bunuh diri karena urusan pribadi),
2.altruistic suicide (bunuh diri untuk memperjuangkan orang lain), dan
3.anomic suicide (bunuh diri karena masyarakat dalam kondisi kebingungan).

Penyalah Artian Anggapan Dimasyarakat Tentang Bunuh Diri

Berikut ini merupakan pernyataan yang salah dimasyarakat tentang bunuh diri (MITOS)

1. Ancaman bunuh diri hanya menarik perhatian, harus hati-hati kalau orang menyatakan ingin bunuh diri karena bisa menjadi serius kalau dibiarkan

2. Bunuh diri tidak memberi tanda, orang yang akan bunuh diri biasanya memberikan sinyal, seperti melakukan tindakan yang nggak wajar, membeli bensin (bukan untuk motor, beli obat racun, menyiapkan pisau, gunting (bukan penjahit)

3. Berbahaya membicarakan bunuh diri, sebenarnya nggak ada masalah membicarakan ini, supaya kita hati-hati dan mendapatkan teman curhat

4. Bunuh diri adalah keturunan, tidak benar kalau itu keturunan karena sangat individual dan lingkungan dapat menjadi faktor pendorong yang kuat.

contoh kasus special needs (ADHD) 3

Aldo, siswa kelas III Sekolah Dasar Muhammadiyah Rawamangun, Jakarta Timur, tampak tak bisa duduk tenang. Energi anak itu seperti tiada habisnya. Ia sangat bawel, sulit berkonsentrasi, agresif, suka mendominasi pergaulan, berlarian ke sana-kemari dan sering mengganggu teman-temannya. Tak heran bila di sekolah, semua teman Aldo tidak menyukainya. Mereka beranggapan Aldo musuh besar atau troublemaker yang selalu membuat kesal atau menyulut kemarahan banyak orang, termasuk guru di sekolah. "Aldo merupakan salah satu contoh anak dengan kondisi attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), biasa juga disebut gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. Di Indonesia, ADHD merupakan gangguan tingkah laku yang paling sering dijumpai pada anak-anak dengan tingkat prevalensi 13-19 persen," tutur Hardiono D. Pusponegoro, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia, menerangkan kondisi Aldo.

Pekan lalu di sebuah seminar, Kepala Subbagian Saraf Anak, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, itu menjelaskan soal perilaku ADHD. Ia mengatakan, secara umum gejala ADHD akan mudah dikenali setelah si anak bersekolah. Dari sebuah penelitian kedokteran dunia terbukti kasus ini pada anak laki-laki tiga kali lebih tinggi dibandingkan anak perempuan. Diperkirakan lebih dari 50-60 persen penderita ADHD sejak kecil atau masa kanak-kanak akan tetap memiliki gejala-gejalanya sampai ia berusia dewasa.

Lalu, apa sebenarnya penyebab ADHD? Sambil senyum Hardiono yang menyelesaikan program S-2-nya pada Ilmu Kesehatan Saraf Anak The Children's Hospital Camperdown, Australia, ini mengatakan, penyebab pasti ADHD belum diketahui, meskipun ada bukti-bukti secara biologis yang mempengaruhi dopamine dan norepinerefrin. Di otak, dopamine merupakan zat yang bertanggung jawab terhadap tingkah laku dan hubungan sosial, serta mengontrol aktivitas fisik. Sementara itu, norepinerefrin berperan dalam kemampuan berkonsentrasi, memusatkan perhatian dan perasaan.

Karenanya, ADHD sangat bisa diturunkan, meski penelitian mengenai keterlibatan gen-gen tertentu baru berjalan pada tahap awal. Anak-anak yang memiliki orangtua dengan ADHD cenderung lebih tinggi menderita ADHD. Karakter keluarga dan faktor-faktor lingkungannya memiliki peranan penting untuk menimbulkan gejala-gejala ADHD.

Biasanya gejala ADHD sudah dapat diketahui saat anak berusia di bawah 7 tahun. Gejalanya akan muncul minimal selama enam bulan berturut-turut dan biasa dijumpai di dua lingkungan berbeda rumah dan sekolah. Secara umum ada tiga gejala utama, yaitu gangguan pemusatan perhatian (inattention), hiperaktivitas, dan impulsitivitas atau mudah terangsang. Hadiono menyebutkan, gejala anak ADHD tampak kurang memusatkan perhatian, sering melakukan kesalahan-kesalahan akibat kecerobohannya, kesulitan menerima pelajaran, sering gagal menyelesaikan tugas, perhatiannya mudah teralihkan, sukar duduk diam, selalu tergesa-gesa, sering menggerak-gerakkan kaki dan tangan, sering meninggalkan tempat duduknya, berlari kian kemari, sulit bermain dengan tenang, bicara berlebihan, tak mau menunggu giliran, selalu menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan diajukan, senang mengganggu teman, guru, adik, kakak, dan orangtua, serta ingin selalu melakukan interupsi pembicaraan orang lain.

Dokter Ika Widyawati, pengajar senior di Subbagian Psikiatri Anak dan Remaja RSCM dan Fakultas Kedokteran UI, sependapat dengan penjelasan Harsudiono. Wanita yang menyelesaikan pascasarjananya di bidang psikiatri anak dan remaja di Universitas McGill, Montreal, Kanada, ini menambahkan gejala di atas tadi menjadi hambatan utama anak ADHD dalam mengontrol hiperaktivitas, impulsivitas, dan kurang dapat memusatkan perhatian. "Karena anak ADHD mengalami gangguan pemusatan perhatian, mereka memiliki prestasi buruk di sekolahnya. Belum lagi kesulitan dalam perkembangannya. Bagi anak di masa awal sekolah sangat sulit untuk bicara atau mengungkapkan ide dan emosinya. Mereka jadi susah belajar dan mengalami keterlambatan dalam penguasaan bahasa," kata wanita yang menaruh minat utama soal ADHD, autisme, dan kesehatan mental anak.

Berdasarkan pengalaman Ika menangani konsultasi penderita ADHD, mereka menjadi risau bila tidak ditangani sejak dini akan menyulitkan untuk melakukan pengobatan. Dari pengalamannya ada juga penderita ADHD remaja, dewasa, dan orangtua yang berdampak dengan perilaku, terutama emosional, pekerjaan, lingkungan sosial, kecelakaan, kriminalitas, penyalahgunaan obat terlarang, dan gejolak menyulut di dalam rumah tangganya. "Dari hasil penelitian, penderita ADHD mengalami tingkat stres yang tinggi sebab ia merasa seolah-olah dikucilkan teman dan lingkungan sosialnya. Tak bisa dihindari ia akan gampang depresi, rendah diri, dan melarikan diri pada ketergantungan alkohol, obat-obatan, dan masalah perceraian. Kondisinya sungguh menyeramkan. Maka, saya selalu sarankan bila ada orang yang memiliki anak dengan gejala di atas sebaiknya segeralah diperiksa ke dokter. Seandainya ia positif menderita ADHD, akan lebih mudah diobati," ujar wanita berkacamata ini.

Ika menyarankan untuk membantu penderitanya bisa dengan mengontrol gejala-gejala tadi, lalu memusatkan perhatian dengan cara melakukan terapi obat, terapi perilaku, edukasi, dan sosial yang disesuaikan dengan keadaan si penderita. Untuk menangani penderita ini harus mendapat dukungan dari orangtua, keluarga guru, serta lingkungannya. "Berdasarkan penelitian dari National Institute of Mental Health (NUMH) Amerika Serikat, terapi obat dan terapi perilaku memberikan hasil yang lebih baik bagi penderita ADHD."

Menurut dia, khusus terapi obat yang paling sering diresepkan bagi penderita ini obat golongan stimulan methylphenidate. Berdasarkan American Academy of Child and Adolescent Psychiatry (AACP) stimulan merupakan medikamentosa terbaik untuk ADHD. Penelitiannya menunjukkan 70 persen anak penderita ADHD memberi respons yang baik terhadap methylphenidate, terbukti sudah digunakan selama berpuluh-puluh tahun menunjukkan pengurangan pada gejala gangguan pemusatan perhatian, hiperaktivitas, dan impulsitivitas.

Menurut Dokter Yanwar Hadiyanto dari bagian penelitian obat baru Janssen Cilag Indonesia, divisi Johnson Johnson, selama ini methylphenidate immediate release yang sering dipakai para anak penderita ADHD hanya bekerja selama empat jam dan digunakan sehari dua sampai tiga kali. Lalu, methylphenidate slow release yang memiliki masa efektivitasnya atau jam kerjanya berdurasi pendek, tidak mencapai 12 jam. Padahal, berdasarkan riset yang dilakukan di tempatnya aktivitas anak ADHD berlangsung sepanjang hari dan memiliki kegiatan yang cukup padat mulai bangun tidur hingga kegiatan di sekolah.

Menurut Yanwar, berdasarkan kondisi ini, maka Jansen Cilag melakukan pengembangan dan menemukan obat ADHD yang ideal. Obat baru dengan teknologi OROS hanya diminum dengan dosis satu kali sehari, tetapi bekerja secara efektif selama 12 jam, sehingga lebih memusatkan perhatian, mengontrol gejala hiperaktivitas dan impulsitivitas. Obat yang diberi nama CONCERTA ini harus diberikan dengan resep dokter dan sudah disetujui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BP POM), Departemen Kesehatan. "Kelebihannya menghilangkan kondisi pemberian obat dengan dosis dua atau tiga kali sehari, jadi lebih menyederhanakan. Anak tidak perlu minum obat lagi di sekolah. Minum CONCERTA pagi sekali langsung efektivitas kerjanya berlangsung hingga 12 jam memungkinkan si anak akan terkontrol lebih lama," paparnya panjang.

Meski menyambut baik penemuan ini, dokter Ika dan Hardiono sepakat terapi pengobatan harus seiring berjalan dengan terapi perilaku. "Semua itu tidak selesai dalam waktu instan. Di negara mana pun terapi anak ADHD memerlukan waktu cukup panjang yang harus dikerjakan dengan teliti serta sabar. Paling cepat bisa dicapai dalam jangka waktu dua sampai lima tahun," kata dokter Ika yang dibenarkan dengan anggukan kepala Hardiono. Memang faktanya untuk memusatkan perhatian, mengontrol gejala hiperaktivitas dan impulsitivitas tidak bisa dalam waktu sekejap.

Refferensi: http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=AlMHVVIAVVFQ

contoh kasus special needs (ADHD) 2

Contoh Kasus ADHD. Rida berusia 7 tahun. Saat ini dia duduk di kelas 1 Sekolah Dasar. Orang tuanya seringkali mendapatkan masukan dan laporan dari gurunya bahwa dia seringkali jalan-jalan di kelas. Rida lebih banyak berdiri.

Refferensi: http://beasiswakuliah.info/search/MY+BLOG:+Contoh+Kasus+ADHD

contoh kasus special needs (ADHD)

kasus anak ADHD. Agus, seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun. Ia senang melakukan kegiatan olahraga, khususnya futsal. Ia memiliki kemampuan akademik yang cukup memadai. Meskipun demikian, gurunya menyatakan bahwa prestasi belajarnya pertemuan singkat saat waktu jeda dan sering kali Agus bertanya-tanya sambil berteriak-teriak terhadap pelatihnya (impulsivity).

Refferensi: http://beasiswakuliah.info/search/MY+BLOG:+CONTOH+KASUS+ANAK+ADHD

contoh kasus special needs 5

Apakah anak Anda sering menghindar saat diajak mencoba kegiatan baru? Atau Anda sering mendengar si kecil mengeluh dirinya bodoh? Ini bukanlah hal yang wajar. Menganggap diri bodoh atau tak mampu merupakan tanda-tanda anak Anda kurang percaya diri. Apalagi jika anak menerima kritikan dan gagal menyelesaikan sesuatu, misalnya PR atau saat tidak mampu berlari hingga garis finish. Sayangnya, karena kurang percaya diri anak enggan berusaha maksimal agar tidak gagal.

Jangan pasrah dengan sikap anak. Anda bisa mendorong kepercayaan diri anak dan menyemangatinya saat anak merasa gagal. Semakin tinggi rasa percaya diri anak maka semakin mudah anak menghadapi tantangan dalam hidupnya terutama untuk anak berkebutuhan khusus. Tak ada anak yang menolak diberi pujian terutama saat anak telah berhasil mengerjakan pekerjaannya dengan baik dan bersikap positif. Sedangkan, pada anak berkebutuhan khusus, pujian menjadi minim karena anak seringkali bersikap tidak pada tempatnya. Psikolog perkembangan anak dari Developmental Pediatrician of New Hyde Park, New York, Kate Rauch, mengatakan standar pujian pada anak umumnya berbeda dengan anak berkebutuhan khusus. Berikan pujian saat anak berhasil melakukan hal-hal yang sederhana, misalnya anak bertahan duduk di meja makan selagi menghabiskan sarapannya. Hindari terfokus hanya pada perilaku buruk anak. Sebaiknya sesuaikan pandangan Anda dengan kemampuan anak.

Kesuksesan tidak akan didapat jika anak tidak pernah diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya. Bantu anak menemukan minatnya. Jauhkan kekhawatiran Anda bahwa anak akan mengalami pengalaman yang buruk. Berikan anak kepercayaan untuk mencoba hal yang diminati, misalnya Anda mendaftarkan anak bergabung dalam tim sepak bola, namun anak lebih mahir berenang dibandingkan bermain sepak bola. Mungkin anak sulit mengikuti permainan yang terdiri dari banyak anggota. Izinkan anak meningkatkan kemampuannya di olahraga renang. "Orangtua perlu bersikap realistis dalam menaruh harapannya pada anak, dan membuka mata pada potensi anak lalu bantu anak mengembangkannya," ujar Helen Neville, parent educator di Rumah Sakit Kaiser, Oakland, California.

Kendati anak kesulitan menyelesaikan sesuatu bukan berarti Anda yang menyelesaikannya. Katakan pada anak, bahwa Anda akan menemaninya menyelesaikan sesuatu. Contoh sederhana, saat makan siang, minta anak duduk selama 15 menit. Jika anak mulai bersikap hiperaktif atau tidak fokus, cobalah menarik perhatiannya dengan bercerita, lalu lakukan kontak mata dan katakan bahwa anak hanya perlu beberapa suapan untuk menghabiskan makanannya. Anda tak perlu terus mengikuti keinginan anak, sesekali anak perlu belajar beradaptasi dan berusaha menyelesaikan pekerjaannya.

Helen mengingatkan, sebaiknya orangtua jangan membanding-bandingkan anak dengan anak-anak seusianya. Tanpa perlakuan yang berbeda dari Anda sebenarnya anak sudah memahami keadaan dirinya. Setelah menjalani beberapa tahun di bangku sekolah anak bisa mengamati perbedaan dari cara pengajaran guru yang spesial atau perlakuan teman-temannya. Hindari mengatakan "Kakak kamu bisa, mengapa kamu tidak bisa?" sebaiknya katakan, "Lihat dia berhasil. Kamu juga pasti bisa". Tanamkan dalam pikiran anak, bahwa Anda adalah penggemar nomor satunya. Anak akan merasa dirinya bukan berbeda melainkan unik dan spesial.

Refferensi: http://www.inspiredkidsmagazine.com/ArtikelSpecialNeeds.php?artikelID=219

contoh kasus special needs (Down syndrom) 2

TEMPO Interaktif, Milan – Sebuah aksi bejat kelompok Facebook Italia membuat akun dengan anak-anak yang mempunyai kelainan bawaan Down Syndrome sebagai sasaran makian. Melihat hal ini, menteri persamaan hak Italia mengancam menutup akun facebook yang menyebutkan bahwa “ribuan idiot” itu akan dikenai ancaman hukum, Selasa (23/2) waktu setempat.

Laman akun itu memampangkan foto seorang bayi Down Syndrome dan dikeningnya ditulis kata "dungu". Tertulis pula "solusi yang mudah dan menyenangkan" untuk membersihkan dunia dari "makhluk-makhluk busuk ini" adalah untuk menggunakannya sebagai sasaran latihan.

Menteri Persamaan Hak Mara Carfagna kepada televisi Italia mengatakan, "Italia tidak akan mentolerir insiden diskriminasi dalam bentuk apa pun, apalagi terhadap orang cacat. Mereka bertanggung jawab menciptakan kegilaan ini akan dituntut oleh hukum."

Down Syndrome merupakan kelainan genetik yang paling umum dari keterbelakangan mental, terjadi pada 1 dari 700 kelahiran hidup. Polisi berusaha melacak orang-orang yang membuat akun biadab ini. “Jika tertangkap, mereka bisa menghadapi 4,5 tahun penjara karena hasutan untuk melakukan tindak pidana,” kata menteri.

Laman ini memantik protes dan kutukan dari para politisi dan kelompok-kelompok pendukung. "Mereka yang bertanggung jawab harus dijadikan contoh," kata Luca ZAIA, menteri pertanian Italia. "Hukuman pertama dapat memasukkan mereka untuk melayani keluarga dengan anak-anak Down Syndrome yang martabat telah terhina."

Kemarahan atas situs antiDown Syndrome juga datang dari empat eksekutif Google Italia yang sedang disidang di Milan yang dituntut dengan pencemaran nama baik dan kegagalan untuk melindungi privasi dari seorang remaja Down Syndrome, yang muncul dalam sebuah video di situs Google pada tahun 2006.

Film video pendek dengan perekam telepon genggam ini menunjukkan empat Turin sedang mengejek anak remaja di depan belasan pemuda lain. Di Italia ada sekitar 38 ribu orang dengan Down Sydrome, dari data Asosiasi Down Syndrome Italia.

Refferensi: http://www.tempointeraktif.com/hg/eropa/2010/02/24/brk,20100224-228049,id.html

contoh kasus special needs (down Syndrom)

JAKARTA - Jangan kucilkan anak penderita down syndrome. Inilah pesan yang dikemas dalam peringatan hari Sindroma Down Sedunia di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Selatan hari ini.

Atraksi anak penderita down syndrome lewat nyanyian dan tarian di atas panggung membuktikan kalau penderita penyakit kelainan kromosom ini masih bisa beraktivitas seperti anak normal lainnya.

Lihat saja, aksi mengagumkan enam gadis cilik yang terlihat cekatan menarikan tarian khas provinsi Sumatera. Meski, agak berantakan, penampilan penderita down syndrome ini sudah membuat para orang tua mereka senang.

Tak hanya menari, anak-anak itu juga berkreativitas melalui seni lukis. Jelang akhir acara, semua anak diajak berkeliling melihat hewan penghuni taman marga satwa Ragunan.

Menurut Ketua Persatuan Orang Tua dengan Down Sindroma (POTADS) Ayu Wahyuni, acara ini sengaja digelar untuk menyadarkan masyarakat agar lebih peduli terhadap anak penderita down syndrome.

"Kami ingin menyosialisasikan kepada masyarakat, terutama pengunjung ragunan,anak-anak penyandang down syndrome bisa berbuat seperti anak-anak lainnya. Bisa bernyanyi,menari, dan tentunya bisa berlomba,"tutur Ayu saat berbincang dengan okezone di lokasi, Minggu (21/3/2010).

Ayu menambahkan, saat ini masih banyak orang tua yang malu memiliki anak dengan jenis penyakit ini. "Anak down syndrome masih dikucilkan dalam pergaulan. Di dalam masyarakat juga masih dipandang aneh. Masyarakat masih menganggap mereka bodoh dan idiot, padahal mereka ini down syndrome" jelasnya.

Selain itu, Ayu menyayangkan minimnya perhatian pemerintah terhadap penderita down syndrom ini. Hal ini bisa dilihat dari ketiadaan sekolah khusus bagi anak-anak tersebut. "Mereka masih dicampur dengan anak-anak tuna grahita lainnya. Padahal down syndrome mempunyai kebutuhan khusus dari tuna grahita" jelasnya.

Down syndrom adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Penderita penyakit ini mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari normal.

Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar, mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar. Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan.

Refferensi: http://news.id.msn.com/okezone/regional/article.aspx?cp-documentid=3974706

contoh kasus special needs 4

Jakarta, Anak kecil memang memiliki sifat pemalu sehingga sulit berkomunikasi dengan orang lain. Tapi pada beberapa kasus kondisi ini bukan karena si kecil pemalu, tapi ia memiliki gangguan bisu selektif atau selective mutism.

Bisu selektif ini terjadi terhadap anak kecil yang berada di luar lingkungan keluarga. Si anak di rumah begitu aktif tapi saat di sekolah ia tidak mau berbicara dan orang menemukannya tidak bisa berbicara. Ternyata anak-anak seperti ini mengatasi rasa panik dan takutnya dengan tidak berbicara.

Kondisi ini dialami oleh Galie Morgan, gadis cilik berusia 7 tahun ini menderita gangguan kecemasan di masa anak-anak yang disebut dengan bisu selektif atau selective mutism.

Di rumah Morgan menjadi anak yang berbeda, ia bisa berlarian, berteriak layaknya anak normal lainnya dan banyak berbicara mengenai hari-harinya di sekolah dan teman-temannya. Tapi hal ini akan jauh berbeda ketika ia bertemu dengan orang lain selain orangtuanya.

Orangtua Galie sebelumnya tidak menyadari bahwa Morgan menderita gangguan bisu selektif. Sebelumnya orangtua menganggap anaknya sebagai pembangkang dan pemalu jika bertemu dengan orang lain.

Seringkali kondisi ini diabaikan orangtua karena dikira hanya mengalami gangguan pemalu biasa dan membuat anak semakin menderita.

"Hal ini membuat kami frustasi karena bagaimana bisa ia di rumah begitu aktif tapi saat di sekolah ia tidak mau berbicara dan menemukannya tidak bisa berbicara. Ternyata mereka mengatasi rasa panik dan takutnya dengan tidak berbicara," ujar sang ibunda, Collen Galie, seperti dikutip dari ABCNews, Rabu (5/5/2010).

"Mereka akan merasa ketakutan, banyak dari mereka yang tidak bisa mengucapkan kata dari mulutnya dan merasakan perut dan kepala yang sakit sehingga tubuh tidak membiarkan mereka untuk berbicara," ujar Dr Elisa Shipon Blum dari Selective Mutism Anxiety Research & Treatment Center di Jenkintown.

Dr Shipon-Blum menuturkan sifat bisu selektif ini merupakan akibat dari rasa kecemasan ekstrim yang biasanya terjadi jika si kecil bertemu dengan orang baru yang belum dikenalnya atau pada aturan suatu kelompok tertentu terhadap orang-orang asing disekitarnya.

Hingga kini apa yang menyebabkan gangguan ini belum dapat diketahui. Tapi kemungkinan memiliki faktor genetik yang biasanya akan muncul saat seorang anak pertama kali diperkenalkan dengan situasi sosial prasekolah atau sekolah. Tapi kondisi ini berbeda dengan sifat pemalu.

"Perbedaan dari anak yang pemalu dan bisu selektif adalah pada kemampuan fungsinya. Anak yang memiliki bisu selektif akan menemui kesulitan yang lebih secara sosial, emosional dan akademis," ungkap Dr Shipon-Blum.

Selama 3 bulan Morgan diberikan terapi oleh Dr Shipon-Blum. Tujuan utama dari perawatannya adalah bukan untuk mengembalikannya agar bisa berbicara, tapi membantunya memerangi perasaan cemas saat terlibat secara sosial dengan cara nonverbal. Karena masalah terbesarnya adalah kecemasan dan ketakutan.

Pada umumnya perawatan yang diberikan adalah untuk mengurangi kecemasan, meningkatkan harga diri dan kepercayaan dirinya. Langkah selanjutnya adalah mengajarkan berbagai cara berkomunikasi non verbal dan dilanjutkan dengan kata-kata. Proses ini membutuhkan waktu yang panjang dan harus secara perlahan-lahan.

"Langkah-langkah kecil ini akan menghasilkan suatu langkah besar dan tidak boleh berputus asa baik orangtua ataupun anaknya. Dukungan dan bantuan dari orangtua sangat dibutuhkan oleh si kecil," tambahnya.

Refferensi: http://health.detik.com/read/2010/05/05/132031/1351546/764/saat-anak-bisu-mendadak

contoh kasus special needs (tuna wicara) 2

INILAH.COM, Bojonegoro - Seorang wanita paruh baya ditemukan tewas dalam kondisi tergantung di rumahnya, Senin (5/4). Korban adalah Srimurni (35) warga Dusun Ngrowo, Desa Hargomulyo, Kecamatan Kedewan, Bojonegoro.

Data yang dihimpun, petani tersebut tewas dengan kondisi leher terlilit tali plastik yang diikatkan pada siku-siku tiang penyangga rumahnya. Dugaan kuat, korban meninggal dunia akibat gantung diri, karena di tubuh korban tidak ditemukan adanya tanda-tanda penganiayaan maupun luka akibat benda-benda.

Sejumlah saksi mata mengatakan, korban tewas diketahui oleh keluarganya. Melihat korban tergantung, keluarga korban langsung berteriak minta tolong warga.

Saat diturunkan dari tempat ia tergantung, korban sudah tewas. Kondisi mayat korban mengenaskan, dengan lidah terjulur dan dibagian alat vitalnya keluar cairan.

Warga yang mengetahui ada orang meninggal dengan cara yang tidak wajar, langsung menghubungi pihak kepolisian. Sehingga, tidak lama petugas telah sampai di tempat kejadian perkara (TKP).

Dari olah TKP petugas, diduga kuat korban nekad mengakhiri hidupnya disaat keluarganya sedang tertidur. Belum diketahui motif bunuh diri, tetapi ditengarai faktor keluarga yang menyebabkannya.

Kabag Biamitra Polres Bojonegoro Kompol Suparmo menerangkan, dari pihak keluarga menyebutkan, beberapa pekan belakangan ini korban memang terlihat murung.

"Dugaan kuat korban merasa tertekan dengan salah satu anaknya yang menderita tuna wicara dan selalu merepotkan korban," terangnya.

Dijelaskan, keluh kesah itu juga pernah diucapkan korban beberapa hari sebelum kejadian. "Saat divisum tidak ditemukan adanya penganiayaan, sehingga jenazah korban langsung dikembalikan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan," sambungnya. [beritajatim.com/bar]

Refferensi: http://www.inilah.com/news/read/politik/2010/04/05/439591/stres-karena-anak-bisu-ibu-gantung-diri/

contoh kasus special needs 3

Seorang penduduk Madinah berusia 37 tahun, telah menikah, dan mempunyai beberapa orang anak. Ia termasuk orang yang suka lalai, dan sering berbuat dosa besar, jarang menjalankan shalat, kecuali sewaktu-waktu saja, atau karena tidak enak dilihat orang lain.

Penyebabnya, tidak lain karena ia bergaul akrab dengan orang-orang jahat dan para dukun. Tanpa ia sadari, syetan setia menemaninya dalam banyak kesempatan.

Ia bercerita mengisahkan tentang riwayat hidupnya:

“Saya memiliki anak laki-laki berusia 7 tahun, bernama Marwan. Ia bisu dan tuli. Ia dididik ibunya, perempuan shalihah dan kuat imannya.

Suatu hari setelah adzan maghrib saya berada di rumah bersama anak saya, Marwan. Saat saya sedang merencanakan di mana berkumpul bersama teman-teman nanti malam, tiba-tiba, saya dikejutkan oleh anak saya. Marwan mengajak saya bicara dengan bahasa isyarat yang artinya, ”Mengapa engkau tidak shalat wahai Abi?”

Kemudian ia menunjukkan tangannya ke atas, artinya ia mengatakan bahwa Allah yang di langit melihatmu.

Terkadang, anak saya melihat saya sedang berbuat dosa, maka saya kagum kepadanya yang menakut-nakuti saya dengan ancaman Allah.

Anak saya lalu menangis di depan saya, maka saya berusaha untuk merangkulnya, tapi ia lari dariku.

Tak berapa lama, ia pergi ke kamar mandi untuk berwudhu, meskipun belum sempurna wudhunya, tapi ia belajar dari ibunya yang juga hafal Al-Qur’an. Ia selalu menasihati saya tapi belum juga membawa faidah.

Kemudian Marwan yang bisu dan tuli itu masuk lagi menemui saya dan memberi isyarat agar saya menunggu sebentar… lalu ia shalat maghrib di hadapan saya.

Setelah selesai, ia bangkit dan mengambil mushaf Al-Qur’an, membukanya dengan cepat, dan menunjukkan jarinya ke sebuah ayat (yang artinya):

”Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa adzab dari Allah Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaithan” (Maryam: 45)

Kemudian, ia menangis dengan kerasnya. Saya pun ikut menangis bersamanya. Anak saya ini yang mengusap air mata saya.

Kemudian ia mencium kepala dan tangan saya, setalah itu berbicara kepadaku dengan bahasa isyarat yang artinya, ”Shalatlah wahai ayahku sebelum ayah ditanam dalam kubur dan sebelum datangnya adzab!”

Demi Allah, saat itu saya merasakan suatu ketakutan yang luar biasa. Segera saya nyalakan semua lampu rumah. Anak saya Marwan mengikutiku dari ruangan satu ke ruangan lain sambil memperhatikan saya dengan aneh.

Kemudian, ia berkata kepadaku (dengan bahasa isyarat), ”Tinggalkan urusan lampu, mari kita ke Masjid Besar (Masjid Nabawi).”

Saya katakan kepadanya, ”Biar kita ke masjid dekat rumah saja.”

Tetapi anak saya bersikeras meminta saya mengantarkannya ke Masjid Nabawi.

Akhirnya, saya mengalah kami berangkat ke Masjid Nabawi dalam keadaan takut… Dan Marwan selalu memandang saya.

Kami masuk menuju Raudhah. Saat itu Raudhah penuh dengan manusia, tidak lama datang waktu iqamat untuk shalat isya’, saat itu imam masjid membaca firman Allah (yang artinya),

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syetan, maka sesungguhnya syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan keji dan munkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui” (An-Nuur: 21)

Saya tidak kuat menahan tangis. Marwan yang berada disampingku melihat aku menangis, ia ikut menangis pula. Saat shalat ia mengeluarkan tissue dari sakuku dan mengusap air mataku dengannya.

Selesai shalat, aku masih menangis dan ia terus mengusap air mataku. Sejam lamanya aku duduk, sampai anakku mengatakan kepadaku dengan bahasa isyarat, ”Sudahlah wahai Abi!”

Rupanya ia cemas karena kerasnya tangisanku. Saya katakan, ”Kamu jangan cemas.”

Akhirnya, kami pulang ke rumah. Malam itu begitu istimewa, karena aku merasa baru terlahir kembali ke dunia.

Istri dan anak-anakku menemui kami. Mereka juga menangis, padahal mereka tidak tahu apa yang terjadi.

Marwan berkata tadi Abi pergi shalat di Masjid Nabawi. Istriku senang mendapat berita tersebut dari Marwan yang merupakan buah dari didikannya yang baik.

Saya ceritakan kepadanya apa yang terjadi antara saya dengan Marwan. Saya katakan, “Saya bertanya kepadamu dengan menyebut nama Allah, apakah kamu yang mengajarkannya untuk membuka mushaf Al-Qur’an dan menunjukkannya kepada saya?”

Dia bersumpah dengan nama Allah sebanyak tiga kali bahwa ia tidak mengajarinya. Kemudian ia berkata, “Bersyukurlah kepada Allah atas hidayah ini.”

Malam itu adalah malam yang terindah dalam hidup saya. Sekarang -alhamdulillah- saya selalu shalat berjamaah di masjid dan telah meninggalkan teman-teman yang buruk semuanya. Saya merasakan manisnya iman dan merasakan kebahagiaan dalam hidup, suasana dalam rumah tangga harmonis penuh dengan cinta, dan kasih sayang.

Khususnya kepada Marwan saya sangat cinta kepadanya karena telah berjasa menjadi penyebab saya mendapatkan hidayah Allah.”


Refferensi: http://fariqgasimanuz.wordpress.com/2009/02/04/seorang-ayah-bertaubat-dengan-sebab-anaknya-yang-masih-berusia-7-tahun/

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes