Definisi Bunuh Diri

Bunuh diri adalah perbuatan menghentikan hidup sendiri yang dilakukan oleh individu itu sendiri atau atas permintaannya. Alasan atau motif bunuh diri bermacam-macam, namun biasanya didasari oleh rasa bersalah yang sangat besar, karena merasa gagal untuk mencapai sesuatu harapan.
WHO mengatakan dalam satu tahun ada satu juta orang melakukan bunuh diri. Di Amerika sendiri tindakan bunuh diri merupakan peringkat sebelas dari penyebab kematian. Dikatakan bahwa wanita lebih banyak 3 kali dibanding pria. Walaupun demikian laki-laki berperanan juga terjadinya bunuh diri pada wanita. Seperti menyakiti, menganiaya, memperkosa yang mambuat perempuan akhirnya nekad bunuh diri. Makanya bunuh diri menjadi penyebab kematian kedua pada remaja.

Motif Bunuh Diri

Motif bunuh diri digolongkan dalam kategori sebab, misalkan :
1.Dilanda keputusasaan dan depresi
2.Cobaan hidup dan tekanan lingkungan.
3.Gangguan kejiwaan / tidak waras (gila).
4.Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta / Iman / Ilmu)
5.Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.

Dalam ilmu sosiologi, ada tiga penyebab bunuh diri dalam masyarakat, yaitu
1.egoistic suicide (bunuh diri karena urusan pribadi),
2.altruistic suicide (bunuh diri untuk memperjuangkan orang lain), dan
3.anomic suicide (bunuh diri karena masyarakat dalam kondisi kebingungan).

Penyalah Artian Anggapan Dimasyarakat Tentang Bunuh Diri

Berikut ini merupakan pernyataan yang salah dimasyarakat tentang bunuh diri (MITOS)

1. Ancaman bunuh diri hanya menarik perhatian, harus hati-hati kalau orang menyatakan ingin bunuh diri karena bisa menjadi serius kalau dibiarkan

2. Bunuh diri tidak memberi tanda, orang yang akan bunuh diri biasanya memberikan sinyal, seperti melakukan tindakan yang nggak wajar, membeli bensin (bukan untuk motor, beli obat racun, menyiapkan pisau, gunting (bukan penjahit)

3. Berbahaya membicarakan bunuh diri, sebenarnya nggak ada masalah membicarakan ini, supaya kita hati-hati dan mendapatkan teman curhat

4. Bunuh diri adalah keturunan, tidak benar kalau itu keturunan karena sangat individual dan lingkungan dapat menjadi faktor pendorong yang kuat.

contoh kasus special needs (ADHD) 3

Aldo, siswa kelas III Sekolah Dasar Muhammadiyah Rawamangun, Jakarta Timur, tampak tak bisa duduk tenang. Energi anak itu seperti tiada habisnya. Ia sangat bawel, sulit berkonsentrasi, agresif, suka mendominasi pergaulan, berlarian ke sana-kemari dan sering mengganggu teman-temannya. Tak heran bila di sekolah, semua teman Aldo tidak menyukainya. Mereka beranggapan Aldo musuh besar atau troublemaker yang selalu membuat kesal atau menyulut kemarahan banyak orang, termasuk guru di sekolah. "Aldo merupakan salah satu contoh anak dengan kondisi attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), biasa juga disebut gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. Di Indonesia, ADHD merupakan gangguan tingkah laku yang paling sering dijumpai pada anak-anak dengan tingkat prevalensi 13-19 persen," tutur Hardiono D. Pusponegoro, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia, menerangkan kondisi Aldo.

Pekan lalu di sebuah seminar, Kepala Subbagian Saraf Anak, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, itu menjelaskan soal perilaku ADHD. Ia mengatakan, secara umum gejala ADHD akan mudah dikenali setelah si anak bersekolah. Dari sebuah penelitian kedokteran dunia terbukti kasus ini pada anak laki-laki tiga kali lebih tinggi dibandingkan anak perempuan. Diperkirakan lebih dari 50-60 persen penderita ADHD sejak kecil atau masa kanak-kanak akan tetap memiliki gejala-gejalanya sampai ia berusia dewasa.

Lalu, apa sebenarnya penyebab ADHD? Sambil senyum Hardiono yang menyelesaikan program S-2-nya pada Ilmu Kesehatan Saraf Anak The Children's Hospital Camperdown, Australia, ini mengatakan, penyebab pasti ADHD belum diketahui, meskipun ada bukti-bukti secara biologis yang mempengaruhi dopamine dan norepinerefrin. Di otak, dopamine merupakan zat yang bertanggung jawab terhadap tingkah laku dan hubungan sosial, serta mengontrol aktivitas fisik. Sementara itu, norepinerefrin berperan dalam kemampuan berkonsentrasi, memusatkan perhatian dan perasaan.

Karenanya, ADHD sangat bisa diturunkan, meski penelitian mengenai keterlibatan gen-gen tertentu baru berjalan pada tahap awal. Anak-anak yang memiliki orangtua dengan ADHD cenderung lebih tinggi menderita ADHD. Karakter keluarga dan faktor-faktor lingkungannya memiliki peranan penting untuk menimbulkan gejala-gejala ADHD.

Biasanya gejala ADHD sudah dapat diketahui saat anak berusia di bawah 7 tahun. Gejalanya akan muncul minimal selama enam bulan berturut-turut dan biasa dijumpai di dua lingkungan berbeda rumah dan sekolah. Secara umum ada tiga gejala utama, yaitu gangguan pemusatan perhatian (inattention), hiperaktivitas, dan impulsitivitas atau mudah terangsang. Hadiono menyebutkan, gejala anak ADHD tampak kurang memusatkan perhatian, sering melakukan kesalahan-kesalahan akibat kecerobohannya, kesulitan menerima pelajaran, sering gagal menyelesaikan tugas, perhatiannya mudah teralihkan, sukar duduk diam, selalu tergesa-gesa, sering menggerak-gerakkan kaki dan tangan, sering meninggalkan tempat duduknya, berlari kian kemari, sulit bermain dengan tenang, bicara berlebihan, tak mau menunggu giliran, selalu menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan diajukan, senang mengganggu teman, guru, adik, kakak, dan orangtua, serta ingin selalu melakukan interupsi pembicaraan orang lain.

Dokter Ika Widyawati, pengajar senior di Subbagian Psikiatri Anak dan Remaja RSCM dan Fakultas Kedokteran UI, sependapat dengan penjelasan Harsudiono. Wanita yang menyelesaikan pascasarjananya di bidang psikiatri anak dan remaja di Universitas McGill, Montreal, Kanada, ini menambahkan gejala di atas tadi menjadi hambatan utama anak ADHD dalam mengontrol hiperaktivitas, impulsivitas, dan kurang dapat memusatkan perhatian. "Karena anak ADHD mengalami gangguan pemusatan perhatian, mereka memiliki prestasi buruk di sekolahnya. Belum lagi kesulitan dalam perkembangannya. Bagi anak di masa awal sekolah sangat sulit untuk bicara atau mengungkapkan ide dan emosinya. Mereka jadi susah belajar dan mengalami keterlambatan dalam penguasaan bahasa," kata wanita yang menaruh minat utama soal ADHD, autisme, dan kesehatan mental anak.

Berdasarkan pengalaman Ika menangani konsultasi penderita ADHD, mereka menjadi risau bila tidak ditangani sejak dini akan menyulitkan untuk melakukan pengobatan. Dari pengalamannya ada juga penderita ADHD remaja, dewasa, dan orangtua yang berdampak dengan perilaku, terutama emosional, pekerjaan, lingkungan sosial, kecelakaan, kriminalitas, penyalahgunaan obat terlarang, dan gejolak menyulut di dalam rumah tangganya. "Dari hasil penelitian, penderita ADHD mengalami tingkat stres yang tinggi sebab ia merasa seolah-olah dikucilkan teman dan lingkungan sosialnya. Tak bisa dihindari ia akan gampang depresi, rendah diri, dan melarikan diri pada ketergantungan alkohol, obat-obatan, dan masalah perceraian. Kondisinya sungguh menyeramkan. Maka, saya selalu sarankan bila ada orang yang memiliki anak dengan gejala di atas sebaiknya segeralah diperiksa ke dokter. Seandainya ia positif menderita ADHD, akan lebih mudah diobati," ujar wanita berkacamata ini.

Ika menyarankan untuk membantu penderitanya bisa dengan mengontrol gejala-gejala tadi, lalu memusatkan perhatian dengan cara melakukan terapi obat, terapi perilaku, edukasi, dan sosial yang disesuaikan dengan keadaan si penderita. Untuk menangani penderita ini harus mendapat dukungan dari orangtua, keluarga guru, serta lingkungannya. "Berdasarkan penelitian dari National Institute of Mental Health (NUMH) Amerika Serikat, terapi obat dan terapi perilaku memberikan hasil yang lebih baik bagi penderita ADHD."

Menurut dia, khusus terapi obat yang paling sering diresepkan bagi penderita ini obat golongan stimulan methylphenidate. Berdasarkan American Academy of Child and Adolescent Psychiatry (AACP) stimulan merupakan medikamentosa terbaik untuk ADHD. Penelitiannya menunjukkan 70 persen anak penderita ADHD memberi respons yang baik terhadap methylphenidate, terbukti sudah digunakan selama berpuluh-puluh tahun menunjukkan pengurangan pada gejala gangguan pemusatan perhatian, hiperaktivitas, dan impulsitivitas.

Menurut Dokter Yanwar Hadiyanto dari bagian penelitian obat baru Janssen Cilag Indonesia, divisi Johnson Johnson, selama ini methylphenidate immediate release yang sering dipakai para anak penderita ADHD hanya bekerja selama empat jam dan digunakan sehari dua sampai tiga kali. Lalu, methylphenidate slow release yang memiliki masa efektivitasnya atau jam kerjanya berdurasi pendek, tidak mencapai 12 jam. Padahal, berdasarkan riset yang dilakukan di tempatnya aktivitas anak ADHD berlangsung sepanjang hari dan memiliki kegiatan yang cukup padat mulai bangun tidur hingga kegiatan di sekolah.

Menurut Yanwar, berdasarkan kondisi ini, maka Jansen Cilag melakukan pengembangan dan menemukan obat ADHD yang ideal. Obat baru dengan teknologi OROS hanya diminum dengan dosis satu kali sehari, tetapi bekerja secara efektif selama 12 jam, sehingga lebih memusatkan perhatian, mengontrol gejala hiperaktivitas dan impulsitivitas. Obat yang diberi nama CONCERTA ini harus diberikan dengan resep dokter dan sudah disetujui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BP POM), Departemen Kesehatan. "Kelebihannya menghilangkan kondisi pemberian obat dengan dosis dua atau tiga kali sehari, jadi lebih menyederhanakan. Anak tidak perlu minum obat lagi di sekolah. Minum CONCERTA pagi sekali langsung efektivitas kerjanya berlangsung hingga 12 jam memungkinkan si anak akan terkontrol lebih lama," paparnya panjang.

Meski menyambut baik penemuan ini, dokter Ika dan Hardiono sepakat terapi pengobatan harus seiring berjalan dengan terapi perilaku. "Semua itu tidak selesai dalam waktu instan. Di negara mana pun terapi anak ADHD memerlukan waktu cukup panjang yang harus dikerjakan dengan teliti serta sabar. Paling cepat bisa dicapai dalam jangka waktu dua sampai lima tahun," kata dokter Ika yang dibenarkan dengan anggukan kepala Hardiono. Memang faktanya untuk memusatkan perhatian, mengontrol gejala hiperaktivitas dan impulsitivitas tidak bisa dalam waktu sekejap.

Refferensi: http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=AlMHVVIAVVFQ

contoh kasus special needs (ADHD) 2

Contoh Kasus ADHD. Rida berusia 7 tahun. Saat ini dia duduk di kelas 1 Sekolah Dasar. Orang tuanya seringkali mendapatkan masukan dan laporan dari gurunya bahwa dia seringkali jalan-jalan di kelas. Rida lebih banyak berdiri.

Refferensi: http://beasiswakuliah.info/search/MY+BLOG:+Contoh+Kasus+ADHD

contoh kasus special needs (ADHD)

kasus anak ADHD. Agus, seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun. Ia senang melakukan kegiatan olahraga, khususnya futsal. Ia memiliki kemampuan akademik yang cukup memadai. Meskipun demikian, gurunya menyatakan bahwa prestasi belajarnya pertemuan singkat saat waktu jeda dan sering kali Agus bertanya-tanya sambil berteriak-teriak terhadap pelatihnya (impulsivity).

Refferensi: http://beasiswakuliah.info/search/MY+BLOG:+CONTOH+KASUS+ANAK+ADHD

contoh kasus special needs 5

Apakah anak Anda sering menghindar saat diajak mencoba kegiatan baru? Atau Anda sering mendengar si kecil mengeluh dirinya bodoh? Ini bukanlah hal yang wajar. Menganggap diri bodoh atau tak mampu merupakan tanda-tanda anak Anda kurang percaya diri. Apalagi jika anak menerima kritikan dan gagal menyelesaikan sesuatu, misalnya PR atau saat tidak mampu berlari hingga garis finish. Sayangnya, karena kurang percaya diri anak enggan berusaha maksimal agar tidak gagal.

Jangan pasrah dengan sikap anak. Anda bisa mendorong kepercayaan diri anak dan menyemangatinya saat anak merasa gagal. Semakin tinggi rasa percaya diri anak maka semakin mudah anak menghadapi tantangan dalam hidupnya terutama untuk anak berkebutuhan khusus. Tak ada anak yang menolak diberi pujian terutama saat anak telah berhasil mengerjakan pekerjaannya dengan baik dan bersikap positif. Sedangkan, pada anak berkebutuhan khusus, pujian menjadi minim karena anak seringkali bersikap tidak pada tempatnya. Psikolog perkembangan anak dari Developmental Pediatrician of New Hyde Park, New York, Kate Rauch, mengatakan standar pujian pada anak umumnya berbeda dengan anak berkebutuhan khusus. Berikan pujian saat anak berhasil melakukan hal-hal yang sederhana, misalnya anak bertahan duduk di meja makan selagi menghabiskan sarapannya. Hindari terfokus hanya pada perilaku buruk anak. Sebaiknya sesuaikan pandangan Anda dengan kemampuan anak.

Kesuksesan tidak akan didapat jika anak tidak pernah diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya. Bantu anak menemukan minatnya. Jauhkan kekhawatiran Anda bahwa anak akan mengalami pengalaman yang buruk. Berikan anak kepercayaan untuk mencoba hal yang diminati, misalnya Anda mendaftarkan anak bergabung dalam tim sepak bola, namun anak lebih mahir berenang dibandingkan bermain sepak bola. Mungkin anak sulit mengikuti permainan yang terdiri dari banyak anggota. Izinkan anak meningkatkan kemampuannya di olahraga renang. "Orangtua perlu bersikap realistis dalam menaruh harapannya pada anak, dan membuka mata pada potensi anak lalu bantu anak mengembangkannya," ujar Helen Neville, parent educator di Rumah Sakit Kaiser, Oakland, California.

Kendati anak kesulitan menyelesaikan sesuatu bukan berarti Anda yang menyelesaikannya. Katakan pada anak, bahwa Anda akan menemaninya menyelesaikan sesuatu. Contoh sederhana, saat makan siang, minta anak duduk selama 15 menit. Jika anak mulai bersikap hiperaktif atau tidak fokus, cobalah menarik perhatiannya dengan bercerita, lalu lakukan kontak mata dan katakan bahwa anak hanya perlu beberapa suapan untuk menghabiskan makanannya. Anda tak perlu terus mengikuti keinginan anak, sesekali anak perlu belajar beradaptasi dan berusaha menyelesaikan pekerjaannya.

Helen mengingatkan, sebaiknya orangtua jangan membanding-bandingkan anak dengan anak-anak seusianya. Tanpa perlakuan yang berbeda dari Anda sebenarnya anak sudah memahami keadaan dirinya. Setelah menjalani beberapa tahun di bangku sekolah anak bisa mengamati perbedaan dari cara pengajaran guru yang spesial atau perlakuan teman-temannya. Hindari mengatakan "Kakak kamu bisa, mengapa kamu tidak bisa?" sebaiknya katakan, "Lihat dia berhasil. Kamu juga pasti bisa". Tanamkan dalam pikiran anak, bahwa Anda adalah penggemar nomor satunya. Anak akan merasa dirinya bukan berbeda melainkan unik dan spesial.

Refferensi: http://www.inspiredkidsmagazine.com/ArtikelSpecialNeeds.php?artikelID=219

contoh kasus special needs (Down syndrom) 2

TEMPO Interaktif, Milan – Sebuah aksi bejat kelompok Facebook Italia membuat akun dengan anak-anak yang mempunyai kelainan bawaan Down Syndrome sebagai sasaran makian. Melihat hal ini, menteri persamaan hak Italia mengancam menutup akun facebook yang menyebutkan bahwa “ribuan idiot” itu akan dikenai ancaman hukum, Selasa (23/2) waktu setempat.

Laman akun itu memampangkan foto seorang bayi Down Syndrome dan dikeningnya ditulis kata "dungu". Tertulis pula "solusi yang mudah dan menyenangkan" untuk membersihkan dunia dari "makhluk-makhluk busuk ini" adalah untuk menggunakannya sebagai sasaran latihan.

Menteri Persamaan Hak Mara Carfagna kepada televisi Italia mengatakan, "Italia tidak akan mentolerir insiden diskriminasi dalam bentuk apa pun, apalagi terhadap orang cacat. Mereka bertanggung jawab menciptakan kegilaan ini akan dituntut oleh hukum."

Down Syndrome merupakan kelainan genetik yang paling umum dari keterbelakangan mental, terjadi pada 1 dari 700 kelahiran hidup. Polisi berusaha melacak orang-orang yang membuat akun biadab ini. “Jika tertangkap, mereka bisa menghadapi 4,5 tahun penjara karena hasutan untuk melakukan tindak pidana,” kata menteri.

Laman ini memantik protes dan kutukan dari para politisi dan kelompok-kelompok pendukung. "Mereka yang bertanggung jawab harus dijadikan contoh," kata Luca ZAIA, menteri pertanian Italia. "Hukuman pertama dapat memasukkan mereka untuk melayani keluarga dengan anak-anak Down Syndrome yang martabat telah terhina."

Kemarahan atas situs antiDown Syndrome juga datang dari empat eksekutif Google Italia yang sedang disidang di Milan yang dituntut dengan pencemaran nama baik dan kegagalan untuk melindungi privasi dari seorang remaja Down Syndrome, yang muncul dalam sebuah video di situs Google pada tahun 2006.

Film video pendek dengan perekam telepon genggam ini menunjukkan empat Turin sedang mengejek anak remaja di depan belasan pemuda lain. Di Italia ada sekitar 38 ribu orang dengan Down Sydrome, dari data Asosiasi Down Syndrome Italia.

Refferensi: http://www.tempointeraktif.com/hg/eropa/2010/02/24/brk,20100224-228049,id.html

contoh kasus special needs (down Syndrom)

JAKARTA - Jangan kucilkan anak penderita down syndrome. Inilah pesan yang dikemas dalam peringatan hari Sindroma Down Sedunia di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Selatan hari ini.

Atraksi anak penderita down syndrome lewat nyanyian dan tarian di atas panggung membuktikan kalau penderita penyakit kelainan kromosom ini masih bisa beraktivitas seperti anak normal lainnya.

Lihat saja, aksi mengagumkan enam gadis cilik yang terlihat cekatan menarikan tarian khas provinsi Sumatera. Meski, agak berantakan, penampilan penderita down syndrome ini sudah membuat para orang tua mereka senang.

Tak hanya menari, anak-anak itu juga berkreativitas melalui seni lukis. Jelang akhir acara, semua anak diajak berkeliling melihat hewan penghuni taman marga satwa Ragunan.

Menurut Ketua Persatuan Orang Tua dengan Down Sindroma (POTADS) Ayu Wahyuni, acara ini sengaja digelar untuk menyadarkan masyarakat agar lebih peduli terhadap anak penderita down syndrome.

"Kami ingin menyosialisasikan kepada masyarakat, terutama pengunjung ragunan,anak-anak penyandang down syndrome bisa berbuat seperti anak-anak lainnya. Bisa bernyanyi,menari, dan tentunya bisa berlomba,"tutur Ayu saat berbincang dengan okezone di lokasi, Minggu (21/3/2010).

Ayu menambahkan, saat ini masih banyak orang tua yang malu memiliki anak dengan jenis penyakit ini. "Anak down syndrome masih dikucilkan dalam pergaulan. Di dalam masyarakat juga masih dipandang aneh. Masyarakat masih menganggap mereka bodoh dan idiot, padahal mereka ini down syndrome" jelasnya.

Selain itu, Ayu menyayangkan minimnya perhatian pemerintah terhadap penderita down syndrom ini. Hal ini bisa dilihat dari ketiadaan sekolah khusus bagi anak-anak tersebut. "Mereka masih dicampur dengan anak-anak tuna grahita lainnya. Padahal down syndrome mempunyai kebutuhan khusus dari tuna grahita" jelasnya.

Down syndrom adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Penderita penyakit ini mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari normal.

Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar, mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar. Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan.

Refferensi: http://news.id.msn.com/okezone/regional/article.aspx?cp-documentid=3974706

contoh kasus special needs 4

Jakarta, Anak kecil memang memiliki sifat pemalu sehingga sulit berkomunikasi dengan orang lain. Tapi pada beberapa kasus kondisi ini bukan karena si kecil pemalu, tapi ia memiliki gangguan bisu selektif atau selective mutism.

Bisu selektif ini terjadi terhadap anak kecil yang berada di luar lingkungan keluarga. Si anak di rumah begitu aktif tapi saat di sekolah ia tidak mau berbicara dan orang menemukannya tidak bisa berbicara. Ternyata anak-anak seperti ini mengatasi rasa panik dan takutnya dengan tidak berbicara.

Kondisi ini dialami oleh Galie Morgan, gadis cilik berusia 7 tahun ini menderita gangguan kecemasan di masa anak-anak yang disebut dengan bisu selektif atau selective mutism.

Di rumah Morgan menjadi anak yang berbeda, ia bisa berlarian, berteriak layaknya anak normal lainnya dan banyak berbicara mengenai hari-harinya di sekolah dan teman-temannya. Tapi hal ini akan jauh berbeda ketika ia bertemu dengan orang lain selain orangtuanya.

Orangtua Galie sebelumnya tidak menyadari bahwa Morgan menderita gangguan bisu selektif. Sebelumnya orangtua menganggap anaknya sebagai pembangkang dan pemalu jika bertemu dengan orang lain.

Seringkali kondisi ini diabaikan orangtua karena dikira hanya mengalami gangguan pemalu biasa dan membuat anak semakin menderita.

"Hal ini membuat kami frustasi karena bagaimana bisa ia di rumah begitu aktif tapi saat di sekolah ia tidak mau berbicara dan menemukannya tidak bisa berbicara. Ternyata mereka mengatasi rasa panik dan takutnya dengan tidak berbicara," ujar sang ibunda, Collen Galie, seperti dikutip dari ABCNews, Rabu (5/5/2010).

"Mereka akan merasa ketakutan, banyak dari mereka yang tidak bisa mengucapkan kata dari mulutnya dan merasakan perut dan kepala yang sakit sehingga tubuh tidak membiarkan mereka untuk berbicara," ujar Dr Elisa Shipon Blum dari Selective Mutism Anxiety Research & Treatment Center di Jenkintown.

Dr Shipon-Blum menuturkan sifat bisu selektif ini merupakan akibat dari rasa kecemasan ekstrim yang biasanya terjadi jika si kecil bertemu dengan orang baru yang belum dikenalnya atau pada aturan suatu kelompok tertentu terhadap orang-orang asing disekitarnya.

Hingga kini apa yang menyebabkan gangguan ini belum dapat diketahui. Tapi kemungkinan memiliki faktor genetik yang biasanya akan muncul saat seorang anak pertama kali diperkenalkan dengan situasi sosial prasekolah atau sekolah. Tapi kondisi ini berbeda dengan sifat pemalu.

"Perbedaan dari anak yang pemalu dan bisu selektif adalah pada kemampuan fungsinya. Anak yang memiliki bisu selektif akan menemui kesulitan yang lebih secara sosial, emosional dan akademis," ungkap Dr Shipon-Blum.

Selama 3 bulan Morgan diberikan terapi oleh Dr Shipon-Blum. Tujuan utama dari perawatannya adalah bukan untuk mengembalikannya agar bisa berbicara, tapi membantunya memerangi perasaan cemas saat terlibat secara sosial dengan cara nonverbal. Karena masalah terbesarnya adalah kecemasan dan ketakutan.

Pada umumnya perawatan yang diberikan adalah untuk mengurangi kecemasan, meningkatkan harga diri dan kepercayaan dirinya. Langkah selanjutnya adalah mengajarkan berbagai cara berkomunikasi non verbal dan dilanjutkan dengan kata-kata. Proses ini membutuhkan waktu yang panjang dan harus secara perlahan-lahan.

"Langkah-langkah kecil ini akan menghasilkan suatu langkah besar dan tidak boleh berputus asa baik orangtua ataupun anaknya. Dukungan dan bantuan dari orangtua sangat dibutuhkan oleh si kecil," tambahnya.

Refferensi: http://health.detik.com/read/2010/05/05/132031/1351546/764/saat-anak-bisu-mendadak

contoh kasus special needs (tuna wicara) 2

INILAH.COM, Bojonegoro - Seorang wanita paruh baya ditemukan tewas dalam kondisi tergantung di rumahnya, Senin (5/4). Korban adalah Srimurni (35) warga Dusun Ngrowo, Desa Hargomulyo, Kecamatan Kedewan, Bojonegoro.

Data yang dihimpun, petani tersebut tewas dengan kondisi leher terlilit tali plastik yang diikatkan pada siku-siku tiang penyangga rumahnya. Dugaan kuat, korban meninggal dunia akibat gantung diri, karena di tubuh korban tidak ditemukan adanya tanda-tanda penganiayaan maupun luka akibat benda-benda.

Sejumlah saksi mata mengatakan, korban tewas diketahui oleh keluarganya. Melihat korban tergantung, keluarga korban langsung berteriak minta tolong warga.

Saat diturunkan dari tempat ia tergantung, korban sudah tewas. Kondisi mayat korban mengenaskan, dengan lidah terjulur dan dibagian alat vitalnya keluar cairan.

Warga yang mengetahui ada orang meninggal dengan cara yang tidak wajar, langsung menghubungi pihak kepolisian. Sehingga, tidak lama petugas telah sampai di tempat kejadian perkara (TKP).

Dari olah TKP petugas, diduga kuat korban nekad mengakhiri hidupnya disaat keluarganya sedang tertidur. Belum diketahui motif bunuh diri, tetapi ditengarai faktor keluarga yang menyebabkannya.

Kabag Biamitra Polres Bojonegoro Kompol Suparmo menerangkan, dari pihak keluarga menyebutkan, beberapa pekan belakangan ini korban memang terlihat murung.

"Dugaan kuat korban merasa tertekan dengan salah satu anaknya yang menderita tuna wicara dan selalu merepotkan korban," terangnya.

Dijelaskan, keluh kesah itu juga pernah diucapkan korban beberapa hari sebelum kejadian. "Saat divisum tidak ditemukan adanya penganiayaan, sehingga jenazah korban langsung dikembalikan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan," sambungnya. [beritajatim.com/bar]

Refferensi: http://www.inilah.com/news/read/politik/2010/04/05/439591/stres-karena-anak-bisu-ibu-gantung-diri/

contoh kasus special needs 3

Seorang penduduk Madinah berusia 37 tahun, telah menikah, dan mempunyai beberapa orang anak. Ia termasuk orang yang suka lalai, dan sering berbuat dosa besar, jarang menjalankan shalat, kecuali sewaktu-waktu saja, atau karena tidak enak dilihat orang lain.

Penyebabnya, tidak lain karena ia bergaul akrab dengan orang-orang jahat dan para dukun. Tanpa ia sadari, syetan setia menemaninya dalam banyak kesempatan.

Ia bercerita mengisahkan tentang riwayat hidupnya:

“Saya memiliki anak laki-laki berusia 7 tahun, bernama Marwan. Ia bisu dan tuli. Ia dididik ibunya, perempuan shalihah dan kuat imannya.

Suatu hari setelah adzan maghrib saya berada di rumah bersama anak saya, Marwan. Saat saya sedang merencanakan di mana berkumpul bersama teman-teman nanti malam, tiba-tiba, saya dikejutkan oleh anak saya. Marwan mengajak saya bicara dengan bahasa isyarat yang artinya, ”Mengapa engkau tidak shalat wahai Abi?”

Kemudian ia menunjukkan tangannya ke atas, artinya ia mengatakan bahwa Allah yang di langit melihatmu.

Terkadang, anak saya melihat saya sedang berbuat dosa, maka saya kagum kepadanya yang menakut-nakuti saya dengan ancaman Allah.

Anak saya lalu menangis di depan saya, maka saya berusaha untuk merangkulnya, tapi ia lari dariku.

Tak berapa lama, ia pergi ke kamar mandi untuk berwudhu, meskipun belum sempurna wudhunya, tapi ia belajar dari ibunya yang juga hafal Al-Qur’an. Ia selalu menasihati saya tapi belum juga membawa faidah.

Kemudian Marwan yang bisu dan tuli itu masuk lagi menemui saya dan memberi isyarat agar saya menunggu sebentar… lalu ia shalat maghrib di hadapan saya.

Setelah selesai, ia bangkit dan mengambil mushaf Al-Qur’an, membukanya dengan cepat, dan menunjukkan jarinya ke sebuah ayat (yang artinya):

”Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa adzab dari Allah Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaithan” (Maryam: 45)

Kemudian, ia menangis dengan kerasnya. Saya pun ikut menangis bersamanya. Anak saya ini yang mengusap air mata saya.

Kemudian ia mencium kepala dan tangan saya, setalah itu berbicara kepadaku dengan bahasa isyarat yang artinya, ”Shalatlah wahai ayahku sebelum ayah ditanam dalam kubur dan sebelum datangnya adzab!”

Demi Allah, saat itu saya merasakan suatu ketakutan yang luar biasa. Segera saya nyalakan semua lampu rumah. Anak saya Marwan mengikutiku dari ruangan satu ke ruangan lain sambil memperhatikan saya dengan aneh.

Kemudian, ia berkata kepadaku (dengan bahasa isyarat), ”Tinggalkan urusan lampu, mari kita ke Masjid Besar (Masjid Nabawi).”

Saya katakan kepadanya, ”Biar kita ke masjid dekat rumah saja.”

Tetapi anak saya bersikeras meminta saya mengantarkannya ke Masjid Nabawi.

Akhirnya, saya mengalah kami berangkat ke Masjid Nabawi dalam keadaan takut… Dan Marwan selalu memandang saya.

Kami masuk menuju Raudhah. Saat itu Raudhah penuh dengan manusia, tidak lama datang waktu iqamat untuk shalat isya’, saat itu imam masjid membaca firman Allah (yang artinya),

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syetan, maka sesungguhnya syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan keji dan munkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui” (An-Nuur: 21)

Saya tidak kuat menahan tangis. Marwan yang berada disampingku melihat aku menangis, ia ikut menangis pula. Saat shalat ia mengeluarkan tissue dari sakuku dan mengusap air mataku dengannya.

Selesai shalat, aku masih menangis dan ia terus mengusap air mataku. Sejam lamanya aku duduk, sampai anakku mengatakan kepadaku dengan bahasa isyarat, ”Sudahlah wahai Abi!”

Rupanya ia cemas karena kerasnya tangisanku. Saya katakan, ”Kamu jangan cemas.”

Akhirnya, kami pulang ke rumah. Malam itu begitu istimewa, karena aku merasa baru terlahir kembali ke dunia.

Istri dan anak-anakku menemui kami. Mereka juga menangis, padahal mereka tidak tahu apa yang terjadi.

Marwan berkata tadi Abi pergi shalat di Masjid Nabawi. Istriku senang mendapat berita tersebut dari Marwan yang merupakan buah dari didikannya yang baik.

Saya ceritakan kepadanya apa yang terjadi antara saya dengan Marwan. Saya katakan, “Saya bertanya kepadamu dengan menyebut nama Allah, apakah kamu yang mengajarkannya untuk membuka mushaf Al-Qur’an dan menunjukkannya kepada saya?”

Dia bersumpah dengan nama Allah sebanyak tiga kali bahwa ia tidak mengajarinya. Kemudian ia berkata, “Bersyukurlah kepada Allah atas hidayah ini.”

Malam itu adalah malam yang terindah dalam hidup saya. Sekarang -alhamdulillah- saya selalu shalat berjamaah di masjid dan telah meninggalkan teman-teman yang buruk semuanya. Saya merasakan manisnya iman dan merasakan kebahagiaan dalam hidup, suasana dalam rumah tangga harmonis penuh dengan cinta, dan kasih sayang.

Khususnya kepada Marwan saya sangat cinta kepadanya karena telah berjasa menjadi penyebab saya mendapatkan hidayah Allah.”


Refferensi: http://fariqgasimanuz.wordpress.com/2009/02/04/seorang-ayah-bertaubat-dengan-sebab-anaknya-yang-masih-berusia-7-tahun/

contoh kasus special needs (tuna wicara)

Seorang anak kecil diperkirakan berumur 10 tahun dengan kondisi bisu alias penderita tuna rungu diduga tersesat di kawasan pasar Alue Ie Puteh, Kecamatan Baktia, Aceh Utara. Korban ditemukan warga, Rabu (16/9) sekitar pukul 01.00 WIB dini hari, saat sedang menangis didepan salah satu warung nasi di pasar.

Karena kondisinya bisu, masyarakat kesusahan mengorek keterangan alamat korban. Bahkan diduga anak ini sengaja dibuang orang tuanya atau pengasuh.
Saat ditemukan bocah itu mengenakan baju kaos kerah warna merah, celana jeans biru, dengan cirri-ciri kurus, tinggi satu meter, kulit sawo matang, rambut lurus. Saat ini sang bocah diinapkan sementara di rumah Abdul Muthaleb (25)di Desa Pucok Alue, Kecamatan Baktia, Aceh Utara.

“Saya kasihan melihat bocah itu terus menangis tengah malam, jadi saya bawa pulang saja untuk sementara waktu sebelum diambil orang tuanya,” ujar Abdul kepada Metro Aceh.

Abdul mengaku sempat berkomunikasi dengan sang bocah yang tuna rungu tersebut karena masih terlalu kecil sang anak tidak mampu menunjukkan alamat rumahnya, ia menduga korban terus menangis karena merasa dibuang orang tuanya.

“Saat itu saya sedang ngopi disebuah warung di pasar tersebut kemudian salah satu warga datang ke warung dan memberitahukan ada bocah bisu sedang menangis di depan salah satu toko, karena penasaran saya datang dan melihat korban yang tampak ketakutan karena di kerumunin massa,” ujar Abdul.

Karena tidak ada yang menolong ia langsung berisiatif membawa pulang sementara sang bocah ke rumahnya di desa Pucuk Alue, sesampai di rumah korban diajak bicara dengan bahasa isyarat. “Saya coba membawa korban ke daerah Sampoiniet yakni beberapa kilometer kea rah barat kota Alue Ie Puteh, beberapa warga yang saya jumpai mengaku tidak mengenal korban, karena sia-sia akhirnya saya tidurkan dia di rumah saya, dan rencananya siang ini saya akan kembali mencari alamat rumah korban,” ujarnya lagi.

Ia berharap apabila anak ini benar-benar tersesat bagi yang merasa kehilangan bisa langsung menelpon ke nomor 081360288564 atas nama Abdul Muthaleb, apabila memang sengaja dibuang maka ia beharap pihak berwajib bisa menindak orang tua korban yang tidak mensyukuri keberadaan anak yang menjadi amanah tuhan serta melanggar HAM. “Kalau benar terjadi itu artinya orang tua korban telah melanggar ham yakni membuang anak sebagai amanah tuhan dan ini perlu ditindak oleh pihak berwajib,” pungkasnya.

Refferensi: http://www.rakyataceh.com/index.php?open=view&newsid=13445&tit=Berita%20Utama%20-%20Anak%20Bisu%20Kurus%20Ditinggalkan%20Ortu

contoh kasus special needs (tuna netra)

Starberit-Medan, Sebanyak 14 dari total penghuni sebanyak 694 orang narapidana lembaga pemasyarakatan (lapas) anak klas II A Anak Medan buta huruf, dari jumlah tersebut sebanyak 389 berusia berada dibawah usia 18 tahun. Selain itu masih ada juga, penghuni yang remaja usia 18-21 tahun yang ditempatkan dilapas anak tersebut mencapai 305 orang. Temuan ini dikemukakan Ketua Komisi A Landen Marbun saat kunjungan kerja Komisi A DPRD Medan ke lapas kelas II anak Medan Rabu (26/5).

Menyahuti persoalan ini Kepala Lapas Klas II anak Medan Drs.Arpan Bc.IP, MH menyebutkan kecenderungan penghuni lapas ini menurun dari tahun sebelumnya (2009) pada priode yang sama mencapai 892 orang. Namun kini di 2010, per 26 Mei,menurun hingga 694 penghuni dengan rincian, 275 tahanan dan 419 narapidana.

Sementara untuk pendidikan sambungnya, dari 694 penghuni tersebut sebanyak 10 narapidana dan 4 tahanan yang buta huruf. Selanjutnya, penghuni lapas anak yang berpendidikan SD mencapai 205 orang, SMP (136) dan SMA (217) mahasiswa (12) dan mereka semua penghuni lapas ini berada dalam 52 kamar yang tersedia dengan empat blok A,B,C dan D.(FSL/BHI)

Refferensi: http://www.starberita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=4750:14-penghuni-lapas-anak-buta-huruf&catid=103:hukum-a-kriminal&Itemid=410

contoh kasus special needs (tuna netra)

Laki-laki ini berusia 7 tahun ia mengalami buta. Dan diberi julukan Batboy, karena ia telah belajar bagaimana untuk “melihat” dengan menggunakan telinganya. Lucas Murray, yang dilahirkan buta, diyakini menjadi yang pertama di Britania untuk menggunakan gema untuk memvisualisasikan lingkungannya.

Dia mengklik lidahnya di langit-langit mulutnya, dan menemukan di mana objek didasarkan pada bagaimana bunyi memantul kembali. Teknik yang luar biasa memungkinkan dia untuk berjalan di sekitar taman bermain, bermain basket, dan bahkan pergi panjat tebing.

“Saya sangat menyukai sistem mengklik tapi cukup sulit untuk belajar,” Matahari mengutip dia yang mengatakan. “Aku suka basket. Saya bisa menggunakan klik untuk mencari tahu di mana lingkaran itu adalah diriku sendiri dan melemparkan bola melalui, “jelasnya.

The echolocation Teknik ini mirip dengan yang digunakan oleh kelelawar dan lumba-lumba, dan anak kecil dapat menghitung seberapa jauh suatu objek adalah dengan waktu yang diperlukan untuk kembali gema.

Intensitasnya mengatakan kepadanya bahwa ukuran objek, dan posisi yang ditentukan melalui suara mencapai telinga pertama.

Ia bahkan dapat bekerja keluar gerakan melalui lapangan – dengan echo lebih rendah jika objek bergerak jauh dan lebih tinggi jika semakin dekat.

Anak juga menggunakan tongkat dan memiliki memori yang besar untuk tempat dia sudah “mengamati” dengan telinganya.

Ia buta California diajarkan oleh Daniel Kish, 41, yang mendirikan World Akses untuk Yang Buta amal.

Murray orangtua Sarah dan Iain, dari Poole di Dorset, melihat Daniel di TV dan memintanya untuk dikunjungi.

“Lucas belajar intens echolocation dalam tiga hari dua tahun lalu,” Sarah, 33, berkata.

“Sekarang dia begitu mandiri dia tidak perlu meminta bantuan apapun yang normal lebih dari tujuh tahun akan,” ia menambahkan.


Refferensi: http://khairilinsani.com/ajaib-anak-buta-membaca-dengan-telinga.html

contoh kasus special needs (tuna netra)

Bandung (ANTARA News) - Seorang tunanetra yang berprofesi sebagai guru, Mahendra Kuncoro, mengadu ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia setelah digugurkan dari status CPNS karena alasan kesehatan yaitu tidak bisa melihat.

Menyikapi kasus tersebut, Komisioner Subkomisi Pendidikan dan Penyuluhan Komnas HAM, Saharudin Daming SH, di Bandung, Senin, mengatakan, pihaknya telah melayangkan surat kepada Badan Kepegawaian Nasional (BKN).

"Kami juga mengimbau kepada mereka agar memberikan hak-hak kepada pengadu (Mahendra), sekaligus mengubah segala bentuk peraturan UU di lingkungan BKN, khususnya terkait dengan kepegawaian," ujar Saharudin. Hal itu dikemukakan Saharudin yang ditemui usai mengisi acara "Dialog Internatif Antara Komnas HAM dengan Penyandang Cacat" di Aula Wyata Guna Bandung.

Ia menjelaskan, Mahendra Kuncoro ialah seorang difabel asal Kendal, Jawa Tengah, yang berprofesi sebagai guru honorer dan mengajukan diri untuk menjadi calon pegawai negeri sipil (CPNS) di Kabupaten Kendal pada tahun 2007.

Namun, kata Saharudin, setelah mengikuti tes masuk CPNS, Mahendra Kuncoro, dinyatakan gugur pada tahap tes uji kesehatan.

"Menurut Tim Penguji Kesehatan (TPK), Mahendra tidak memenuhi syarat untuk menjadi CPNS, pasalnya dia menyandang tuna netra. TPK menafsirkan, seorang tuna netra dianggap tidak berbadan sehat," kata Saharudin.

Ia menjelaskan, kejadian yang menimpa Mahendra Kuncoro, sangat bertentangan dengan pasal 11 dan pasal 86 Undang Undang No 22 tahun 2007 dan putusan Mahkamah Agung (MA) No 59 Tahun 2009.

"Di mana didalamnya ditegaskan bahwa cacat tidak identik dengan sakit," ujarnya.

Ia menyatakan, hingga bulan Mei 2010, pihaknya telah menerima 5 pengaduan khusus terkait dengan difabelitas dari berbagai wilayah, seperti dari Aceh dan Sulawesi Selatan
yang menyangkut pengaduan layanan perbankan.

"Kemudian ada tiga laporan sekaligus mengenai diskriminasi dalam pelayanan penerbangan," katanya Saharudin

Ia menuturkan, saat ini pengaduan dari para difabel dirasakan kurang, pada 2009 saja pihaknya hanya menerima sekitar 13 laporan.

Menurut dia, pengaduan tersebut masih sangat terbatas, karena banyak sekali difabelitas yang tidak memahami cara melakukan pengaduan.

"Kami tahu para difabel punya pendidikan rendah, apalagi untuk menulis pengaduan terkadang masih mengalami kesulitan. Namun kurangnya pengaduan juga terjadi karena faktor kepasrahan, ada yang menganggap hal yang dialami sudah menjadi takdir," katanya.(ANT/A038)

Refferensi: http://www.antaranews.com/berita/1274097301/tunanetra-mengadu-karena-ditolak-jadi-cpns

contoh kasus special needs 2

maid yang tiap hari membersihkan kantor kami cantik sekali. dan rajin. kalo membersihkan kantor rapi sekali dan teliti tiap sudut dibersihkan. begitu dia pergi ruangan jadi bersih dan wangi.

tapi yang bikin dia istimewa lagi adalah sebagai seorang tuna rungu dan tuna wicara dia komunikatif sekali. tiap kali datang dia akan bercerita soal hari-harinya, soal teman-temannya bahkan pernah dia bercerita soal kesedihannya ketika salah seorang temannya terluka parah karena kecelakaan lalu meninggal.

mungkin bukan tuna wicara yah. di sekolah dia diajari untuk berbicara meski emang terkadang susah ditangkap. kalo kami sudah mulai keliatan tidak mengerti *dia kan selalu menatap wajah kami dengan seksama karena dia membaca gerak bibir kami* maka dia akan menuliskan ceritanya disecarik kertas.


Refferensi: http://www.nananias.com/archives/tuna_semangat.php

Gadis Tuna Wicara yang Ahli Menyulam

Penyandang cacat tak ada beda dengan manusia normal. Mereka tetap diberikan Allah SWT kelebihan lainnya sebagai bekal hidup. Itulah yang dialami Mutia Rosa (17), yang kini duduk di bangku kelas III SMP Luar Biasa Labuy, Banda Aceh.

IMRAN JONI - BANDA ACEH



Suasana Taman Sari tampak begitu semarak. Pagi Sabtu (3/5), banyak orang menyaksikan pameran kerajinan para penyandang cacat. Ada yang tersenyum, ada pula takjub melihat buah tangan anak-anak penyandang cacat. Tak terkecuali karya Mutia Rosa, dara berusia 17 tahun.

Ini anugerah Allah SWT kepada kami,” ujar Hasbi didampingi istrinya saat ditemui pada pameran anak-anak penyandang cacat di Taman Sari, Banda Aceh. Hasbi dan Rosmalina asal Tapaktuan, Aceh Selatan, orang tua kandung Mutia Rosa.

Menurut Hasbi, anaknya sejak lahir tahun 1991 tidak bisa bicara (tuna wicara). Ketika mengandung, istrinya tidak ada firasat apapun terhadap Mutia Rosa. Bahkan sampai usia satu tahun, Mutia seperti kebanyakan anak normal.

Namun ia lebih dahulu bisa berjalan daripada bicara,” ujar Hasbi. Memasuki usia dua tahun, Mutia juga tidak bisa berbicara, meski ada suara, tetapi tidak bisa keluar. Anaknya itu hanya memberikan aba-aba dengan mengangkat tangan sebagai isyarat.

Bahkan seluruh keluarga justru mengira Mutia masih belum lancar benar untuk berbicara. Sebagai layaknya anak-anak lainnya, saat usia Mutia memasuki tahun ke tiga, ia masih tetap seperti semula tidak bisa bicara, hanya mengandalkan tangan.

Kami sudah bawa Mutia ke dokter dan ketika diperiksa ternyata Mutia memang punya pita suara pendek, sehingga ketika mau bicara suaranya tidak bisa keluar dengan lancar,” ungkap pegawai Pemkab Aceh Selatan itu.

Pada umur lima tahun, Mutia masuk sekolah taman kanak-kanak. Karena ia tidak bisa bicara, Hasbi kemudian membawa Mutia ke sekolah penyandang cacat di Desa Labuy, Banda Aceh. Di sekolah itu, ia tinggal di asrama,” tutur Hasbi.

Mereka masuk sekolah seperti biasa, diajarkan tulis menulis dan membaca serta diberikan keterampilan sesuai bakat anak,” ujar Yossi, kepala Sekolah Luar Biasa Yayasan Pembina Penyandang Cacat YPPC, Yossi.

Yossi menyebutkan, jumlah anak cacat di sekolah YPPC Labuy, Banda Aceh sebenarnya cukup banyak. Namun, pihaknya hanya menampung sesuai kapasitas. Mereka berasal dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi Aceh.

Usai belajar, anak-anak kemudian diberikan kegiatan ekstra kurikuler. Ada perbengkelan, tukang kayu, menyanyi, menjahit, melukis, membuat ukiran dan sebagainya. Pada prinsipnya, kami membimbing bakat dan minat anak-anak dengan kesabaran, ungkap Yossi. (*)

Refferensi: http://www.rakyataceh.com/index.php?open=view&newsid=4547&tit=Berita%20Utama%20-%20Gadis%20Tuna%20Wicara%20yang%20Ahli%20Menyulam

Contoh Kasus Special Needs (Tuna Daksa)

Penderita cacat fisik tidak selamanya hidup terpuruk. Keberhasilan untuk mencapai profesi dokter dapat diacungi jempol. Salah satunya Ninik Kartaatmadja, dokter umum di RSU Budi Asih. Ninik merupakan penderita tuna daksa, yakni tidak bisa berjalan dengan sempurna karena kakinya kecil sebelah. Semenjak kecil, Ninik yang bersekolah di sekolah umum selalu menjadi bahan cemoohan teman-temannya sejak di bangku SD hingga SMA. Namun Ninik hanya berucap alhamdulillah saat diejek temannya. Itulah ajaran orangtuanya. "Saya menjadi lebih kuat saat mengucap alhamdulillah. Dan saya tidak membalas ejekan teman-teman meskipun itu sangat menyakitkan karena itu yang selalu diajarkan ayah," ujar wanita yang berusia 59 tahun ini di sela-sela semiloka "Satu hari mempersiapkan masa depan penyandang cacat anak" di Gedung Sapta Pesona, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Sabtu (12/5/2007). Perekonomian orangtua Ninik juga kurang beruntung. Seringkali Ninik berjalan kaki sejauh 2 km menuju sekolah. Padahal Ninik memiliki kaki yang tidak sempurna. Usai tamat SMA, Ninik melanjutkan pendidikan kedokteran di Universitas Yarsi. Ninik sempat mengikuti seleksi di Fakultas Kedokteran UI, namun keberuntungan tidak mampir dalam hidupnya. Usaha untuk mendapatkan kuliah kedokteran dicapai Ninik dengan susah payah. Hingga semester IV, Ninik sempat berhenti kuliah karena masalah keuangan. Kuliah dapat berlanjut saat Ninik bertemu teman adik iparnya dari yayasan Van de Venter Stichtingmaas, milik Belanda. Dari yayasan itulah beasiswa dia dapatkan untuk melanjutkan kuliah kedokteran. Akhirnya Ninik dapat melajutkan kuliah hingga lulus. Ninik mengaku dirinya menjadi dokter umum karena keinginan bapaknya. Ninik akan menunggu masa pensiun sebagai dokter umum pada tahun ini. Kegiatannya akan diisi untuk mengawasi ketiga anaknya yang berjumlah tiga orang. Ketiganya kuliah di Universitas Indonesia (UI). Di antara ketiga anaknya ada yang kuliah di Fakultas Kedokteran UI. Fakultas yang dulu gagal digapai Ninik. Ninik berpesan, kekuarangan fisik tidak membuat para penyandang cacat frustasi dengan tidak menghasilkan prestasi. "Jadikanlah kekurangan itu, sebagai alat untuk kita kita maju," pesan Ninik yang mengenakan jilbab panjang berwarna krem itu.

Refferensi: http://www.detiknews.com/read/2007/05/12/163539/779924/10/keberhasilan-tuna-daksa-raih-gelar-dokter-umum

Contoh Kasus Special Need (Autis)

Beberapa waktu yang lalu, saya melakukan kontak telepon dengan teman saya Bapak Sandy yang concern tentang problem anak autis, dan ternyata setelah beberapa lama kami berbicara, ternyata banyak sekali hal baru yang mungkin sangat sulit dinalar akal sehat, namun itu nyata.

Sekilas tentang Bapak Sandy, beliau memiliki seorang anak yang Autis, dan kini sang Anak sudah berusia 10 tahun. Dari pengalaman pribadi Pak Sandy inilah akhirnya beliau memutuskan untuk membantu sesama orangtua yang mencari solusi untuk anak autis. Cara penanganan anak autis yang dilakukan Pak Sandy mungkin sangat unik dan berbeda dari yang pernah kita ketahui, namun paling tidak ini cukup membawa kemajuan bagi putra Pak Sandy, karena itu jika memang pembaca ingin tahu lebih lanjut tentang bagaimana beliau melakukan itu semua, jangan ragu untuk menghubungi Pak Sandy. Beliau pasti akan dengan tulus mau membantu.

Menurut pendapat saya, bapak sandy sangat hebat, karena berkat dia dan pengalaman mengurus anaknya banyak orang tua yang dapat terbantu.

Refferensi: http://www.infoanak.com/anak-autis-1000-kejadian-1000-kasus-unik/

Contoh kasus special need (tunagrahita)

20 Atlet Tunagrahita Indonesia Ikut Olimpiade Penyandang tunagrahita butuh perlakuan adil agar bisa berkembang dan berbaur dengan masyarakat umum. JAKARTA--Sebanyak 20 atlet tunagrahita asal Indonesia siap mengikuti Special Olympics World Summer Games (SOWSG) XII atau olimpiade khusus bagi penyandang keterlambatan pengembangan mental. Dalam kompetisi terbesar bagi para tunagrahita di dunia yang berlangsung di Shanghai, Cina, pada 2-11 Oktober mendatang, kontingen Indonesia akan bergabung dengan sekitar tujuh ribu atlet tunagrahita dari 179 negara lainnya.

Refferensi: http://www.infoanda.com/id/link.php?lh=AQUAUVJdBgMH

Contoh kasus Special Needs (Jane)

"Jane ini juga tuna rungu, hanya Alterina yang mengerti bahasa Jane," kata pengacara tersangka, Ibnu Siena Bantayan, pada detikcom, Senin (3/5/2010).

Alterina ditahan atas laporan keluarga Jane ke Polda Metro Jaya dengan nomor LP2907/K/X/2009/SPK Unit I tanggal 12 Oktober 2009.

Alter dilaporkan atas tuduhan pasal 266 KUHP tentang pemalsuan identitas dalam akta otentik, juncto pasal 263 KUHP dan pasal 378 KUHP tentang penipuan. Kasusnya kini sudah P21 (lengkap) dan berada di tangan jaksa.

"Istrinya sangat membutuhkan dia karena dia tinggal sendiri. Bagaimana kalau terjadi kebakaran, pencurian, sedangkan istrinya sendiri," argumennya.

Alter ditahan di Rutan Pondok Bambu sejak 30 April 2010. Sebelumnya dia ditahan di Kejati DKI Jakarta, karena pihak Rutan Cipinang tidak mau menerima Alter. Demikian juga Rutan Pondok Bambu, sebelum akhirnya menerima. Alter dipingpong karena jenis kelaminnya menjadi "perkara hukum".

Refferensi: http://www.detiknews.com/read/2010/05/03/111232/1349945/10/jane-tuna-rungu-hanya-alter-yang-mengerti-bahasanya

Contoh Kasus Special Needs 1

Autis, anak berkebutuhan khusus. Paman Helman, 30/04/10. Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai danya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Di Kanada dan Jepang penderita bertambah 40 persen sejak 1980. Di California tahun 2002 disimpulkan terdapat 9 kasus autis per-harinya. Di Amerika Serikat disebutkan autis terjadi pada 60.000 - 15.000 anak dibawah 15 tahun.

Refferensi: http://beasiswakuliah.info/search/contoh+kasus+anak+kusus+%28anak+gangguan+komunikasi%29

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes