Pendekata Teori dan Metode Penelitian Psikolgi Lingkungan

PENDEKATAN TEORI

Terdapat beberapa teori yang bersangkutan dengan psikologi lingkungan, antara lain ialah geografi, biologi ekologi, behaviorisme, dan psikologi gestalt (Veitch & Arkkelin, 1995).
Geografi
Toynbee mengembangkan teori bahwa lingkungan (topografi, iklim, vegetasi, ketersediaan air, dst) adalah tantangan bagi penduduk yang berada pada lingkungan tersebut. Tantangan yang ekstrim akan merusak peradaban, dan tantangan yang terlalu kecil akan menyebabkan stagnasi kebudayaan. Tantangan lingkungan pada tingkat menengah juga akan mempengaruhi peradaban.
Biologi Ekologi
Dengan perkembangan ilmu ekologi, seseorang tidak dianggap terpisah dari lingkungannya. Pendapat mengenai hubungan yang saling bergantung antara manusia dan lingkungan akan nampak pada teori-teori yang dikembangkan pada disiplin ilmu psikologi lingkungan.
Behaviorisme
Pemikiran kalangan behaviorisme muncul sebagai reaksi atas adanya kegagalan teori-teori kepribadian untuk menerangkan perilaku-perilaku manusia. Dua hal penting yang menjadi petimbangan yaitu konteks lingkungan dimana suatu perilaku muncul dan variabel-variabel personal (seperti kepribadian dan sikap). Dengan adanya dua hal tersebut maka akan lebih dapat diramalkan suatu fenomena manusia dan lingkungannya, jika dibandingkan dengan membuat pengukurnya masing-masing.
Psikologi Gestalt
Prinsip terpentingnya adalah bahwa objek-objek, orang-orang, dan seting-seting dipersepsi sebagai suatu keseluruhan, dimana hal ini lebih dari sekedar penjumlahan bagian-bagian. Menurut Gestalt, suatu perilaku didasarkan atas proses kognitif, bukan dipengaruhi oleh proses stimulus, melaikan dari persepsi dari stimulus tersebut. Pengaruh Gestalt pada psikologi lingkungan dapat dilihat pada kognisi lingkungan, misalnya untuk memperjelas persepsi, berfikir, dan pemrosesan informasi lingkungan.
Veitch & Arkkelin (1995) menekankan dua hal terkait dengan beberapa perspektif diatas. Pertama, sebagaimana dengan yang telah disebutkan diatas bahwa pendekatan yang dipakai pada perspektif-perspektif diatas ada yang sangat lebar dalam cakupan dan ada juga yang lemah dalam data empiris. Kedua, tidak ada grand theory dalam psikologi lingkungan, karena tidak ada perspektif tunggal yang dapat menerangkan hubungan antara manusia dan lingkungannya secara memuaskan. Beberapa hal yang mempengaruhinya:
a) Tidak ada data yang cukup tersedia dalam kaitan hubungan manusia dan lingkungannya, sehingga dapat dipercaya untuk menyatukan teori.
b) Hubungan-hubungan yang dikaji peneliti sangatlah beragam.
c) Metode yang digunakan tidak konsisten
d) Cara pengukuran variabel tidak selalu kompatibel dari suatu seting penelitian kepenelitian berikutnya.


METODE PENELITIAN

Veitch dan Arkkelin (1995), terdapat tiga metode yang biasa digunakan dalam psikologi lingkungan. Ketiga metode penelitian itu yaitu: Eksperimen Laboratorium, Studi Korelasi, dan Eksperimen Lapangan. Berikut akan saya jelaskan secara singkat beberapa penjelasan dari ketiga metode penelitian tersebut.
Eksperimen Laboratorium
Veitch dan Arkkelin (1995) menjelaskan, jika seorang peneliti memiliki perhatian terutama yang berhubungan dengan tingginya validitas internal, maka eksperimen laboratorium merupakan pilihan yang biasa diambil. Metode ini memberikan kebebasan kepada eksperimenter untuk memanipulasi secara sistematis variabel yang diasumsikan sebagai penyebab dengan cara mengontrol kondisi-kondisi secara cermat yang bertujuan untuk mengurangi variable-variabel yang mengganggu. Metode eksperimen laboratorium juga mengatur pengaruh manipulasi-manipulasi tersebut. Metode ini memilih subjek secara random dalam kondisi eksperimen, sehingga setiap subjek memiliki kesempatan yang sama dalam setiap kondisi eksperimen.
Studi Korelasi
Veitch dan Arkkelin (1995) menjelaskan, jika seorang peneliti ingin memastikan tingkat validitas eksternal yang tinggi, seorang peneliti dapat menggunakan variasi-variasi dari metode korelasi. Pada metode ini, studinya dirancang untuk menyediakan informasi tentang hubungan-hubungan di antara peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam nyata yang tidak dibebani oleh pengaruh pengumpulan data.
Saat studi korelasi digunakan, maka tidak ada penyimpulan yang dimungkinkan, karena hanya diketahui dari dua atau lebih variabel yang berhubungan satu dengan yang lain. Studi korelasi meminimalkan validitas eksternal tetapi seringkali validitas internalnya lemah.
Eksperimen Lapangan
Veitch dan Arkkelin (1995) menjelaskan, jika seorang peneliti ingin menyeimbangkan antara validitas internal yang dapat dicapai melalui eksperimen laboratoruim dengan dicapai melalui studi korelasi, maka metode yang dapat digunakan adalah eksperimen lapangan yang merupakan metode campuran. Dengan menggunakan metode ini, eksperimenter secara sistematis memanipulasi beberapa faktor penyebab yang diajukan dalam penelitian dengan mempertimbangkan variabel eksternal dalam suatu seting tertentu.


Referensi:
www.elearning.gunadarma.ac.id/...psikologi_lingkungan/bab2-pendekatan_teori_dan_metode_penelitian_psikologi_lingkungan.pdf

Psikologi Lingkungan

SEJARAH PSIKOLOGI LINGKUNGAN
Field Theory (teori medan) pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin, ini merupakan awal dari munculnya teori yang mempertimbangkan interaksi antara manusia dan lingkungan. Menurut Lewin Tingkah laku adalah fungsi dari pribadi dan lingkungan, yang dapat disimpulkan dengan munculnya rumus TL = f (P.L), dimana TL = tingkah laku, f = fungsi, P = pribadi, L = lingkungan.
Berikut beberapa urutan perkembangan hingga akhirnya kita mengenal istilah psikologi lingkungan sekarang ini:
1943, Lewin memberikan istilah ekologi psikologi, yang kemudian oleh Egon Brunswik dan beberapa mahasiswanya mengajukan istilah psikologi ekologi.
1947, Roger Barker dan Herbert Wright memperkenalkan istilah seting perilaku untuk suatu unit ekologi kecil yang melingkupi perilaku manusia sehari-hari.
1961-1966, muncul istilah psikologi arsitektur ketika diadakannya konferensi pertama di Utah.
1968, Harold Proshansky dan William Ittelson memperkenalkan program tingkat doctoral yang pertama dalam bidang psikologi lingkungan.


DEFINISI PSIKOLOGI LINGKUNGAN
Berikut beberapa definisi yang dinyatakan oleh beberapa tokoh terkait:
Heimstra dan Mc Farling (1989) menyatakan bahwa psikologi lingkungan adalah disiplin yang memperhatikan dan mempelajari hubungan antara perilaku manusia dengan lingkungan fisik.
Gifford (1987) mendifinisikan psikologi lingkungan sebagai studi dari transaksi diantara individu dengan seting fisiknya.
Proshansky, Ittleson, dan Rivlin (1989) menyatakan bahwa definisi yang kuat tentang psikologi lingkungan tidak ada. Mereka menjelaskan bahwa psikologi lingkungan adalah apa yang dilakukan oleh psikolog lingkungan
Canter dan Craik (1989) mengatakan bahwa psikologi lingkungan adalah area psikologi yang melakukan konjungsi dan analisis tentang transaksi dan hubungan antara pengalaman dan beberapa tindakan yang berhubungan dengan lingkungan sosiofisik.
Emery dan Tryst (1989) melihat bahwa hubungan antara lingkungan dan manusia merupakan suatu jalinan transactional interdependency atau ketergantungan satu sama yang lain. Hampir sama dengan pendapak Gifford yaitu manusia mempengaruhi lingkungannya, untuk selanjutnya lingkungan yang mempengaruhi manusia, demikian pula terjadi sebaliknya.
Veitch dan Arkkelin (1995) mendifinisikan psikologi lingkungan sebagai ilmu perilaku multidisiplin yang memiliki orientasi dasar dan terapan, yang memfokuskan interrelasi antara perilaku dan pengalaman manusia sebagai individu dengan lingkungan fisik dan sosial.


RUANG LINGKUP PSIKOLOGI LINGKUNGAN
Menurut Proshansky (1974) ruang lingkup psikologi lingkungan mencakup tentang: rancangan, organisasi, pemaknaan, ruangan-ruangan, bangunan-bangunan, ketetanggaan, rumah sakit, perumahan, apartemen, musium, sekolah, mobil, pesawat, teater, ruang tidur, kursi, seting kota, dan lain-lain.
Sarwono (1992) memberikan beberapa penjelasan pengklasifikasian ruang lingkup psikologi lingkungan: lingkungan alamian (mencakup lautan, hutan, dll), lingkungan buatan/binaan (mencakup jalan raya, perumahan, taman, rumah susun, dll), lingkungan sosial, dan lingkungan yang dimodifikasi.
Sementara Veitch dan Arkkelin (1995) menjelaskan bahwa psikologi lingkungan merupakan suatu area dari pencarian yang bercabang dari sejumlah disiplin ilmu seperti biologi, geologi, psikologi, hukum, geografi, ekonomi, sosiologi, kimia, fisika, sejarah, filsafat, beserta sub disiplin dan rekayasanya. Sehingga psikologi lingkungan ini dianggap melibatkan disiplin ilmu yang beragam.


AMBIENT CONDITION DAN ARCHITECTURAL FEATURES
Ambient Condition, kualitas fisik dari keadaan yang mengelilingi individu seperti suara, cahaya, warna, udara, temperatur, dan kelembaban.
Architectural Features, mencakup seting-seting yang bersifat permanen. Misalnya di dalam suatu ruangan yang termasuk di dalamnya antara lain kongfigurasi dinding, lantai, atap, serta pengaturan perabot dan dekorasi.


Referensi:
elearning.gunadarma.ac.id/...psikologi_lingkungan/bab1-pendahuluan.pdf

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes