Tahapan Konflik

Perkembangan sebuah kelompok selalu berbeda satu dengan yang lainnya. Namun demikian, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk membentuk sebuah kelompok. Berikut ini adalah beberapa tahapan dalam pembentukan kelompok.

Forming. Forming adalah tahap orang berkumpul dan membentuk sebuah kelompok. Pada suatu kegiatan, tidak sedikit peserta yang mengikutinya karena penugasan. Kondisi seperti ini tidak jarang menimbulkan perasaan was-was maupun keraguan di hati peserta tersebut. Beberapa pertanyaan yang mungkin muncul adalah “Apakah saya dapat mengikuti kegiatan ini dengan baik?” atau “Apakah saya dapat berbaur dengan peserta yang lain?”. Seorang fasilitator diharapkan dapat memastikan bahwa setiap peserta yang terlibat dalam kegiatan tersebut merasa nyaman dengan lingkungan barunya tersebut. Berikan perhatian secara khusus kepada peserta. Berikan waktu kepada para peserta untuk saling mengenal satu sama lain. Pada kesempatan ini, fasilitator dapat pula menggunakan permainan yang memecah kekakuan (ice breaker).

Informing. Informing merupakan tahap dimana kelompok yang baru terbentuk tersebut diberi penjelasan tentang tujuan dari kegiatan yang akan diselenggarakan. Pada tahap ini biasanya akan didapati interaksi antaranggota karena setiap peserta mulai sadar bahwa mereka menuju pada tujuan yang sama. Seorang fasilitator biasanya akan mencari titik pijak yang sama, dan membentuk visi, misi, serta tujuan kelompok. Fasilitator diharapkan dapat menggunakan kegiatan pengenalan dan agenda yang jelas.

Storming. Pada tahap ini, pembangunan peran diantara masing-masing peserta mulai terbentuk. Storming merupakan fase yang sangat penting dalam dinamika kelompok, karena pada tahap ini akan terjadi tarik menarik, uji coba, bahkan konflik. Benturan antarpribadi sangat mungkin terjadi pada tahap ini – bahkan benturan antara peserta dengan pemimpin kelompok. Seorang fasilitator diharapkan dapat memberikan dukungan kepada seluruh kelompok. Dengan mengembangkan dan menggunakan teknik-teknik fasilitasi, fasilitator juga perlu senantiasa mengingatkan peserta akan tujuan dan norma-norma kelompok. Usahakan agar fasilitator dapat menjaga terjadinya keterbukaan dan mendorong setiap peserta untuk mengatasi konflik yang terjadi.

Norming. Tahapan ini merupakan tahap stabilisasi dimana aturan, ritual, dan prosedur telah ditetapkan dan diterima oleh seluruh peserta. Peserta telah menyepakati identitas perasn sehingga terciptanya suasana kebersamaan. Jalan menuju kemajuan disepakati dan disetujui bersama. Fasilitator diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menghaluskan proses. Jika diperlukan, perbaiki atau sesuaikan norma yang ada, untuk kemudian diserahkan kembali implementasinya kepada kelompok.

Mourning. Mourning merupakan tahap akhir dari proses pembentukan sebuah kelompok. Pada tahapan ini, seluruh tugas telah selesai dikerjaan dan tujuan utama pembentukan kelompok sudah terpenuhi. Siklus kehidupan kelompok secara resmi telah berakhir. Terkadang muncul rasa sedih diantara peserta. Sebagian mulai memikirkan tugas lain yang telah menanti. Fasilitator yang baik diharapkan dapat membantu peserta dalam mempersiapkan masa transisi dari pembentukan kelompok menuju bubarnya kelompok. Pastikan bahwa ada semacam ‘ritual’ perpisahan, baik secara individu maupun secara kelompok.

Transforming. Pada tahapan ini, tim telah menjadi dinamis karena pembentukan kelompok sudah terjadi dan mulai ada perubahan baik di masing-masing peserta maupun pada kelompok secara keseluruhan. Sebagai seorang fasilitator, diharapkan dapat menunjukkan dukungan dan rasa percaya kepada kelompok. Hargai perubahan yang terjadi dengan memberikan pujian. Yang perlu diingat adalah sebaiknya pujian yang diberikan tidak berlebihan.

FAKTOR PENYEBAB KONFLIK

* Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.

Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.

* Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.

Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

* Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda.

* Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.

Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.

Konflik

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Individu dalam massa

Individu Dalam Massa
• Kehilangan kepribadian yang sadar dan rasional, tindakan kasar dan irasional, menurut secar membabi buta pada pemimpin
• Melakukan hal-hal yang berlawanan dengan kebiasaan → agresi

Teori frustasi-agresi dari Fuller-Miller, mengemukakan:
• Agresivitas merupakan cerminan dari frustasi yang dirasakan oleh massa
• Kuat lemahnya tergantung besar kecilnya hambatan dalam mencapai tujuan tersebut

Menurut Sidis, individu dalam massa akan terkena hipnotis bentuk ringan sehingga pertimbangan kritis hilang

Kondisi Psikologis Individu Dalam Massa
Menurut Gustave Le Bon, massa itu mempunyai sifat-sifat psikologis tersendiri. Orang yang tergabung dalam suatu massa akan berbuat sesuatu, yang perbuatan tersebut tidak akan diperbuat bila individu itu tidak tergabung dalam suatu massa. Sehingga massa itu seakan-akan mempunyai daya melarutkan individu dalam suatu massa, melarutkan individu dalam jiwa massa. Seperti yang dikemukakan oleh Durkheim bahwa adnaya individual mind dan collective mind, yang berbeda satu dengan yang lain. Menurut Gustave Le Bon dalam massa itu terdapat apa yang dinamakan hukum mental unity atau law mental unity, yaitu bahwa massa adalah kesatuan mind, kesatuan jiwa.
Menurut Allport, sekalipun kurang dapat menyetujui tentang collective mind tetapi dapat memahami tentang pemikiran adanya kesamaan (conformity), tidak hanya dalam hal berpikir dan kepercayaan, tetapi juga dalam hal perasaan (feeling) dan dalam perbuatan yang tampak (overt behaviour).

Jenis, Penyebab dan dinamika gerakan Massa

Ada tiga jenis gerakan massa, yaitu :

1. Gerakan massa progresif : mengganti norma lama dan membentuk norma yang baru
2. Gerakan massa status quo : mempertahankan norma lama (konservatif)
3. Gerakan massa reaksioner : orang yang bersifat untung-untungan, lebih lunak/fleksibel, tidak tegas dan selalu mementingkan golongannya sendiri.



Penyebabnya :

Salah satu pandangan berpendapat bahwa manusia merupakan individu yang mempunyai dorongan atau keinginan yang pada prinsipnya membutuhkan pemuasan atau pemenuhan. Tetapi dalam kenyataannya tidak semua dorongan atau keinginan yang tidak memeperoleh pelepasan terdorong dan tersimpan didalam alam bawah sadar, yang suatu saat akan muncul kembali diatas sadar bila keadaan memungkinkan.

Dalam kehidupan bermasyarakat adanya norma-norma tertentu yang merupakan pedoman yang membatasi gerak atau perilaku anggota masyarakat. Dengan adanya norma, anggota masyarakat tidak dapat bebuat seenaknya. Norma berfungsi dapat menyesuaikan keadaan lingkungan, dengan menyesuaikan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Salah satu mengenai perbuatan masa adalah berdasarkan atas faktor psikologis yang mendasar yaitu orang bertindak dalam massa atas dorongan yang muncul dari alam bawah sadarnya yang ditekan. Jika masalah dipendam akan kurang baik, karena hal itu akan muncul kembali dalam bentuk massa.



Proses Dinamika Gerakan Massa :

1. Pemusatan perhatian
2. Pusat rasa kagum dan perasaan berada pada suatu massa
3. Penciptaan suasana kebersamaan
4. Pemimpin menbayar massa untuk menjalankan aktivitas

Massa Abstrak dan Massa Konkrit

Massa Abstrak dan Massa Kongkrit (Mennicke, 1948)
1. Massa Abstrak adalah sekumpulan orang-orang yang sama sekali belum terikat satu kesatuan, norma, motif dan tujuan. Alasan timbul :
• Ada Kejadian Menarik
• Individu Dapat Ancaman
• Kebutuhan Tidak Terpenuhi

2. Massa Kongkrit adalah massa yang mempunyai ciri-ciri: Ciri-ciri:
• Adanya kesatuan mind dan sikap
• Adanya ikatan batin dan persamaan norma
• Ada struktur yang jelas
• Bersifat dinamis dan emosional, sifat massa jelas.

Antara masssa abstrak dan massa kongkrit kadang-kadang mempunyai hubungan, dalam arti bahwa masa abstrak dapat berkembang atau berubah menjadi massa yang kongkrit dan sebaliknya masa kongkrit dapat berubah menjadi massa abstrak. Tetapi ada kalanya masa abstrak bubar tanpa adanya bekas.

Pengertian Psikologi Massa

1. Perspektif Psikologis
Psikologi massa, atau psikologi sosial, harus ditempatkan dalam ranah komunikasi massa, dan karena itu sebetulnya gejala psikologis dalam komunikasi itu agak dangkal atau sporadis, jika komunikasi itu kita pahami sebagai sesuatu yang terjadi secara otomatis begitu saja [ibarat hanya sekedar berbicara].

Tetapi jika komunikasi itu kita pahami sebagai proses transformasi atau sharing pesan (message), maka gejala psikologisnya akan sangat mendalam, sebab kita sebetulnya sedang berhadapan dengan orang yang berkarakter tertentu, dan karakternya itu dibentuk oleh carapandangnya, atau tujuan-tujuan standard (subject aim) yang ia miliki atau juga adanya tujuan-tujuan ‘titipan’, yang sebenarnya dimiliki oleh orang atau institusi lain.

Karena itu, teori S-R (Stimulus-Respons) memainkan peran penting dalam hal ini. Artinya bahwa tindak komunikasi massa terjadi karena adanya suatu rangsangan (stimuli), dan pesannya itu tersampaikan atau diterima karena adanya respons atau tanggapan.

Jadi ada suatu proses ‘kesalingan’ dalam berkomunikasi, dan hal ‘kesalingan’ itu terjadi karena pihak pemberi stimuli menyampaikan materi atau pesannya secara tepat [dengan bahasa yang bisa dimengerti, dan simbol yang menyentuh], serta si penerima pesan memberi respons yang memadai [bisa negatif, dalam arti menolak atau juga positif, dalam arti menerima].

1.1. Stimulus dan Respons
Memahami dua hal ini adalah sama halnya dengan memahami manusia secara utuh. Rata-rata dalam teori psikologi behaviorisme, seperti dianut Skinner, manusia terbatas dalam berhubungan dengan lingkungan dan sesamanya. Keterbatasan itu diakibatkan karena secara fisiologis, kita hanya memiliki lima alat indra,– penglihatan (mata), pendengaran (telinga), penciuman (hidung), perabaan (kulit), dan perasa (lidah). Panca indra itu merupakan satu kesatuan dalam menangkap setiap stimuli yang sifatnya memberi data untuk menjelaskan suatu perilaku manusia. Jadi adanya S-R itu tidak bisa dimengerti sebatas apa yang kita tangkap dengan indra itu, melainkan jauh lebih mendalam dan komprehensif. Yaitu kita harus melibatkan kemampuan kognitif (pemikiran, thought) dalam memahami setiap pesan stimuli.

Stimuli akan membawa kita pada adanya suatu obyek perangsang, dan polanya datang kepada kita melalui apa yang kita tangkap dengan indra tadi. Dari data yang berhasil ditangkap indra, kita harus membuat kesimpulan, dan proses menarik kesimpulan itu adalah proses adaptasi hasil tangkapan indra dengan akal budi, atau pemikiran. Jadi proses yang berlangsung setelah menerima rangsangan adalah proses ‘meresapi’ (to fell) dan ‘memahami’ (verstehen, understanding).

Kesimpulan itu yang mematangkan kita untuk yakin bahwa apakah sesuatu yang kita terima itu ‘baik’, ‘benar’, ‘tepat’, atau sebaliknya ‘buruk’, ‘salah’, ‘keliru’. Keyakinan itu yang menuntun kita untuk menjadi percaya akan ada tidaknya pesan dari stimuli tadi, dan itu akan membimbing suatu perilaku tertentu sebagai bentuk respons.

Dengan memasukkan proses kognitif tadi maka setiap bentuk perilaku yang muncul bukanlah hasil ‘ramalan’ (guess), melainkan hasil pemikiran yang komprehensif. Oleh sebab itu jika kemudian hasil pemikiran itu melahirkan aksi sosial atau tindakan sosial, semua itu didorong oleh keyakinan yang telah terbentuk tadi.

1.2. Menyebrang dari Individu ke Massa (Kelompok): Mencoba Memahami Karakter Individu dalam Massa
Psikologi itu memiliki obyek material yakni manusia, dalam hal ini perilaku manusia, baik sebagai individu maupun kelompok. Aspek perilaku yang diteliti dalam psikologi itu kompleks, termasuk perilaku kerja dan perilaku aksi massa.

Hal ini perlu dikatakan sebab, di sekitar individu dan masyarakat ada medan stimulus yang sangat kuat dan kompleks, dan proses pemberian rangsangan itu terjadi melalui berbagai media perantara, termasuk organ indra manusia itu.

Jika kita berbicara mengenai psikologi massa, maka sebetulnya kita menjadikan massa sebagai suatu medan di mana proses-proses S-R tadi terjadi. Dalam hal itu, kemampuan mengidentifikasi bentuk perilaku massa adalah sesuatu yang penting.
Saya mencoba membawa kita ke dalam beberapa langkah mengenal karakter massa, dari suatu pendekatan S-R tadi.

Kasus I:
Pertandingan Bulutangkis memperebutkan Piala Thomas antara Indonesia Vs Korea

Para supporter Indonesia bergegap gempita. Riuh suara mereka memenuhi stadion Istora Senayan Jakarta, menyaksikan pahlawan-pahlawan Bulutangkis Indonesia berjuang melawan pahlawan-pahlawan Bulutangkis Korea Selatan.

Mata kameramen tertuju pada adanya beberapa orang artis di antara para supporter itu. Ada Agnes Monika yang kelihatan sangat agresif, Miing Bagito yang menari-nari, bahkan Menpora Adhyaksa Dault yang sampai berdoa memohon kemenangan kepada Tim Thomas Indonesia.
Di terbine, tampak spanduk bertuliskan “Ayo Rebut Piala Thomas” dan “Ayo Rebut Piala Uber”, lalu di bagian bawah tulisan itu ada juga tulisan “Satu Abad Kebangkitan Nasional”.

Para pahlawan Bulutangkis kita terus berjuang, dan riuh-rendah suara supporter tetap menggema. Tetapi ada supporter yang terkesan tenang. Ari Sihasale dan istrinya Nia Sihasale-Zuklarnaen, hanya duduk di tepi lapangan menyaksikan pertandingan itu. Ari bahkan terlihat ‘tongka dagu’ sambil menyaksikan pertandingan alot itu. Demikian pun Istri Taufik Hidayat yang duduk di panggung utama bersama Agum Gumelar yang terksan tenang menyaksikan pertandingan itu, dan memang Taufik pun kalah.

Tim Thomas Indonesia akhirnya kalah telak 1:3 dari Korea. Langkah ke Final terhenti. Dan Tidak ada Piala Thomas untuk Indonesia.

Dari kasus itu, sejenak kita bisa melihat pola-pola perilaku para supporter tadi. Pertanyaannya ialah bagaimana kondisi S-R yang tampak pada para supporter itu. Mari kita mengidentifikasi hal-hal yang bisa dikategorikan sebagai stimuli, dan melihat bagaimana pola respons yang diberikan para supporter tadi.

Massa

Massa (berasal dari bahasa Yunani μάζα) adalah suatu sifat fisika dari suatu benda yang digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku objek yang terpantau. Dalam kegunaan sehari-hari, massa biasanya disinonimkan dengn berat. Namun menurut pemahaman ilmiah modern, berat suatu objek diakibatkan oleh interaksi massa dengan medan gravitasi.
Sebagai contoh, seseorang yang mengangkat benda berat di Bumi dapat mengasosiasi berat benda tersebut dengan massanya. Asosiasi ini dapat diterima untuk benda-benda yang berada di Bumi. Namun apabila benda tersebut berada di Bulan, maka berat benda tersebut akan lebih kecil dan lebih mudah diangkat namun massanya tetaplah sama.
Tubuh manusia dilengkapi dengan indera-indera perasa yang membuat kita dapat merasakan berbagai fenomena-fenomena yang diasosiasikan dengan massa. Seseorang dapat mengamati suatu objek untuk menentukan ukurannya, mengangkatnya untuk merasakan beratnya, dan mendorongnya untuk merasakan gaya gesek inersia benda tersebut. Penginderaan ini merupakan bagian dari pemahaman kita mengenai massa, namun tiada satupun yang secara penuh dapat mewakili konsep abstrak massa. Konsep abstrak bukanlah berasal dari penginderaan, melainkan berasal dari gabungan berbagai pengalaman manusia.

Konsep modern massa diperkenalkan oleh Isaac Newton dalam penjelasan gravitasi dan inersia yang dikembangkannya. Sebelumnya, berbagai fenomena gravitasi dan inersia dipandang sebagai dua hal yang berbeda dan tidak berhubungan. Namun, Isaac Newton menggabungkan fenomena-fenomena ini dan berargumen bahwa kesemuaan fenomena ini disebabkan oleh adanya keberadaan massa.

Organisasi

(Yunani: ὄργανον, organon - alat) adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah unt tujuan bersama.

Dalam ilmu-ilmu sosial, organisasi dipelajari oleh periset dari berbagai bidang ilmu, terutama sosiologi, ekonomi, ilmu politik, psikologi, dan manajemen.[1] Kajian mengenai organisasi sering disebut studi organisasi (organizational studies), perilaku organisasi (organizational behaviour), atau analisa organisasi (organization analysis).[1]

Kelompok Kecil

Apakah Saudara ingin mengalami kedewasaan rohani? Kelompok kecil adalah salah satu cara yang sangat baik untuk menggapainya. Kelompok kecil merupakan sarana untuk mempertumbuhkan iman, pengharapan dan kasih. Melalui kelompok kecil Saudara dapat belajar firman Tuhan, menyembah Allah, bersekutu dengan sesama, dan belajar melayani dan bersaksi. Kelompok kecil memberi konteks yang ideal untuk mewujud-nyatakan keselamatan Saudara dalam kehidupan sehari-hari.

Kelompok kecil adalah pola yang dipakai Allah guna mempertumbuhkan, memelihara dan memakai umat-Nya di sepanjang sejarah. Hal ini dapat dipelajari dari Alkitab, baik dari dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama, Allah seringkali menggunakan kelompok-kelompok kecil untuk melaksanakan karya-Nya. Allah memakai 8 orang dalam keluarga Nuh untuk menggenapkan rencana-Nya bagi dunia ini (Kejadian 7 – 9). Demikian pula Ia memakai Daniel beserta teman-teman kelompok kecilnya untuk bersaksi di tanah pembuangan mereka di Babel (Dan. 1:6; 13–20; 2:17–18). Lihat juga contoh Musa dalam Keluaran 18:13–26, ketika ia mengikuti nasihat mertuanya, Yitro, untuk membagi kelompok 1000 orang, 100 orang, 50 orang, dan 10 orang, sehingga memungkinkan setiap anggota kelompok mendapat perhatian yang lebih baik. Dalam Perjanjian Baru pola kelompok kecil itu terus dipergunakan. Tuhan Yesus Kristus sendiri menggunakan metode kelompok kecil dengan memfokuskan pemuridan kepada 12 orang murid (Mat. 10:1-5). Pada saat Gereja mula-mula berdiri, selain mengadakan kebaktian bersama, umat Tuhan juga bersekutu dalam kelompok-kelompok kecil di rumah masing-masing (Kis. 2:41-47).

Di jemaat GKI Gading Serpong yang terus bertumbuh secara kuantitas, melalui program Empat Puluh Hari Hidup Yang Bertujuan (40 DOP), dicanangkan pembentukan kelompok-kelompok kecil sebagai salah satu sarana untuk turut memperkembangkan kualitas jemaat. Di GKI Gading Serpong kelompok kecil ini diberi nama KTB (Kelompok Tumbuh Bersama).

Kelompok kecil adalah suatu kelompok yang terdiri dari 6 – 12 orang yang sepakat untuk berkumpul secara berkala dan berkesinambungan dalam suatu tempat untuk melakukan berbagai hal yang menunjang pertumbuhan di dalam Kristus. Tiap kelompok kecil terdiri dari beberapa anggota dan satu/dua fasilitator (pemimpin/wakil).

Di dalam kelompok kecil, Saudara dan anggota kelompok yang lain dapat bersama-sama memuji Tuhan, berdoa dan belajar firman Tuhan. Saudara dapat menonton VCD bersama-sama atau saling membagikan berkat yang diperoleh dari membaca buku tertentu. Saudara dapat mendalami Alkitab dan menjawab pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan buku panduan.

Di dalam kelompok kecil Saudara dilatih dasar-dasar hidup kekristenan, seperti saat teduh, jam doa yang teratur, menggali firman Tuhan, dan melayani sesuai dengan talenta yang telah dikaruniakan-Nya. Melalui kelompok kecil Saudara pun dapat terlatih menjadi terampil dalam berdoa, ber-PA, ber-PI, memimpin persekutuan (MC), memimpin kelompok kecil, dan lain-lain.

Kelompok kecil menawarkan suasana persekutuan yang penuh kehangatan, kasih dan perhatian. Selain itu, secara teknis, kelompok kecil sangat praktis, efisien dan fleksibel. Praktis tempatnya, efisien dalam waktu dan biaya, serta fleksibel untuk disesuaikan dengan kebutuhan. Meskipun demikian hasilnya sangatlah baik, yaitu: sasaran pembinaan dan pelayanan lebih cepat tercapai, karakter diubahkan, karunia diperkembangkan, para pelayan Tuhan berlipat ganda, lebih banyak orang dimenangkan, sehingga nama Tuhan dimuliakan.

Saudara adalah murid Kristus. Selain bersekutu secara pribadi dengan Tuhan dan beribadah bersama dalam Kebaktian Umum, Saudara perlu memiliki persekutuan dalam kelompok kecil. Kelompok kecil adalah suatu pola pemuridan yang baik dan efektif.

Program 40 DOP menawarkan pembentukan kelompok-kelompok kecil. Marilah Saudara! Ikutlah serta! Daftarkan diri Saudara segera!

Dyad

Late Latin dyad-, dyas, from Greek δυας, from dyo

Dyad

Late Latin dyad-, dyas, from Greek δυας, from dyo

Tujuan kelompok

Tujuan Kelompok Tujuan kelompok dapat diartikan sebagai gambaran yang diharapkan anggota yang akan dicapai oleh kelompok. Tujuan kelompok harus jelas dan diketahui oleh seluruh anggota. Untuk mencapai tujuan kelompok tersebut diperlukan aktivitas bersama oleh para anggota. Hubungan antara tujuan kelompok dengan tujuan anggota bisa : a) sepenuhnya bertentangan, b) sebagian bertentangan, c) netral, d) searah dan e) identik. Dengan demikian bentuk hubungan a tidak menguntungkan dan bentuk d adalah yang paling baik. Tujuan kelompok dirumuskan sebagai perpaduan dari tujuan individual dan tujuan semua anggota kelompok. Tujuan kelompok yang efektif harus mempunyai aspek-aspek sebagai berikut: - dapat didefinisikan secara operasional, dapat diukur dan diamati - mempunyai makna bagi anggota kelompok, relevan, realistik dapat diterima dan dapat dicapai - anggota kelompok mempunyai orientasi terhadap tujuan yang telah ditetapkan - adanya keseimbangan tugas dan aktivitas dalam mencapai tujuan individu dan kelompok - bersifat menarik dan menantang serta mempunyai resiko kegagalan yang kecil dalam mencapainya - adanya kemudahan untuk menjelaskan dan mengubah tujuan kelompok - berapa lama waktu yang diperlukan oleh suatu kelompok untuk mencapai tujuan kelompok

Ketertarikan Interpersonal

Menurut William C. Schultz ada tiga dimensi hubungan interpersonal, yaitu:



1. Need of inclusion (perasaan sebagai anggota dari suatu kelompok), keinginan untuk menumbuhkan rasa memiliki.
* Undersocial: misalnya, minder, menarik diri, tertutup.
* Social : misalnya, tahu situasi dan kondisi.
* Oversocial : misalnya, over akting.



1. Need of control (kebutuhan untuk mendominasi dan dominasi)
* Abdicrat : cirri-cirinya penurut.
* Democrat : cirri-cirinya memiliki kemampuan yang kuat.
* Autocrat : cirri-cirinya mendominasi suatu kelompok.



1. Need of affection (kasih sayang), kebutuhan untuk menyukai dan disukai.
* Underpersonal : membuat jarak dengan orang lain, menolak bantuan orang lain.
* Personal : independent, tidak bergantung pada orang lain.
* Overpersonal : kerjasama individu yang kuat dengan orang lain.







Sumber : Klara Innata Arishanti, 2005

Karakteristik Kelompok

Kelompok formal

Suatu kelompok kerja yang ditandai dengan struktur organisasi, aturan, fungsi dan lain-lain

a. Kelompok Komando
Kelompok yang tersusun atas Atasan dan Bawahan dan
ditentukan oleh bagan organisasi

b. Kelompok Tugas
Kelompok yang ditetapkan secara organisasional yang
bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas


2. Kelompok informal

Suatu kelompok yang tidak terstruktur secara formal atau tidak ditetapkan secara organisasi, terdiri dari dua tipe yaitu :

a. Kelompok Kepentingan
Kelompok yang bekerja sama untuk mencapai suatu sasaran
khusus yang menjadi kepedulian bersama
b. Kelompok Persahabatan
Kelompok yang bersama-sama karena mempunyai kesamaan karakter

Eksperimen Laboratorium

Seperti kelas laboratorium lainnya eksperimen adalah bagian sentral dari NOP. Kolom Experiments mengarahkan pada halaman awal, di mana eksperimen tertentu dapat dipilih sesuai kriteria berbeda. Kriteria ini termasuk kategori zat, jenis reaksi, cara kerja, dan tingkat kesusahan. Anda juga dapat mengambil daftar semua (sekitar 75) eksperimen yang tersedia di sini. Koleksi NOP terdiri atas dua kelompok eksperimen laboratorium: eksperimen pada modul pengajaran NOP (Lehrmodul) telah dioptimalisasi, dianalisis, dan dievaluasi secara ekstensif. Eksperimen laboratorium ini dimaksudkan sebagai standar dan mendemonstrasikan bagaimana reaksi kimia dapat dioptimalisasi dan dievaluasi bahkan dalam konteks pendidikan. Judul-judul semua eksperimen pada modul pengajaran NOP ditampilkan dengan latar belakang abu-abu. Untuk eksperimen lainnya data yang diperlukan untuk melaksanakan eksperimen secara aman disediakan, dan juga analisis lengkap produk-produk tersebut. Akan tetapi, eksperimen tersebut belum dioptimalisasi dan dievaluasi secara ekstensif. Mahasiswa dan pengajar diberi kesempatan untuk mengoptimalisasi dan mengevaluasi eksperimen tersebut dalam proyek-proyeknya sendiri.

Untuk setiap eksperimen halaman overview menampilkan persamaan reaksi, jenis reaksi, kategori zat yang terlibat dan cara kerja yang paling penting. Beberapa reaksi dapat dilaksanakan dengan cara yang berbeda dan bervariasi, contohnya dengan peralatan laboratorium klasik atau secara alternatif dengan oven microwave. Jika variasi alternatif reaksi tersedia, nomornya ditampilkan di bawah NOP-No. Nomor ini dihubungkan langsung dengan eksperimen yang bersangkutan.

Halaman untuk petunjuk menampilkan petunjuk sintesis dengan komentar hingga tiga batch sizes untuk eksperimen dalam modul pengajaran NOP, biasanya 10 dan 100 mmol. Prosedur untuk melaksanakan reaksi, purifikasi (pemurnian), dan pendaurulangan zat dibahas dalam bagian ini. Juga disebutkan waktu rata-rata untuk eksperimen, aspek yang mungkin mengalami gangguan, dan manajemen limbah. Komentar menggambarkan teknik-teknik yang digunakan dan bahan kimia. Untuk semua eksperimen petunjuk sintesis untuk semua batch size disediakan dalam dokumen PDF, beserta data analisis, komentar tambahan, prosedur pendek tentang manajemen limbah, dan daftar lengkap semua zat yang dibutuhkan. Dokumen PDF ini boleh di-print dan dipakai sebagai petunjuk di lab, di mana komputer dengan akses internet kadangkala sulit ditemukan.

Dalam skema pengoperasian, yang disediakan untuk semua eksperimen, bagan cara kerja ditampilkan beserta bagan material. Skema pengoperasian secara grafik juga merupakan ringkasan yang baik untuk menemukan target optimalisasi yang mungkin, contohnya dalam pendaurulangan atau pemrosesan limbah dan identifikasi produk tambahan.

Pilihan menu "substances" telah dibahas sebelumnya.

Pilihan menu selanjutnya, "equipment", menampilkan semua peralatan laboratorium yang diperlukan untuk eksperimen dengan foto untuk membantu mahasiswa pemula terutama mahasiswa asing untuk mengidentifikasi peralatan lab yang baru atau belum diketahui.

Pilihan menu "evaluation" mengumpulkan semua indikasi penting untuk reaksi seperti kapasitas (yield), ekonomi atom, efisiensi massa, massa zat yang dipakai dalam eksperimen dan massa zat yang dihasilkan/zat produk.

Beberapa eksperimen juga mempunyai teks evaluasi, yang mencoba mengintegrasikan kriteria berbeda untuk evaluasi, contohnya toksisitas (tingkat racun) zat yang digunakan atau dihasilkan, kapasitas yield), banyak limbah atau energi yang dipakai, etc. untuk evaluasi keberlanjutan yang lebih lengkap. Estimasi evaluasi juga diindikasikan oleh simbol rambu-rambu lalu lintas: lampu hijau menandai eksperimen yang efisiensi massa dan energinya sangat baik dan pemakaian zat-zat berbahaya minimal. Lampu kuning diberikan untuk eksperimen dengan beberapa resiko berkaitan dengan kesehatan manusia dan/atau lingkungan, dan juga bahwa dengan demikian harus dilaksanakan dengan derajat kehati-hatian dan keselamatan yang sesuai. Lampu merah memberitahukan aspek problematik eksperimen, yang mencuat dalam evaluasi bahaya. Untuk eksperimen jenis ini usaha preventatif tentang keselamatan yang ekstensif harus dilakukan dan eksperimen harus dioptimalisasi âĂŞ atau bahkan diganti dengan eksperimen lain yang kurang berbahaya. Jika symbol menunjukkan tanda tanya, eksperimen dapat dipakai sesuai dengan kriteria NOP (contohnya tidak ada zat berkadar racun tinggi, mencemari lingkungan, atau persisten dipakai atau dihasilkan dalam eksperimen, efisiensi massa dan energi dapat dioptimalisasi dan menggambarkan jenis reaksi penting dalam kimia organic). Resiko potensial untuk kesehatan manusia atau lingkungan telah ditelaah dengan evaluasi data ketersediaan data dan klasifikasi sesuai factor efek, ungkapan resiko, ungkapan keselamatan, nilai TLV, dan kategori polusi air. Untuk zat yang belum menjadi bagian dari modul pengajaran NOP, data tambahan seharusnya dicari oleh mahasiswa. Dengan cara ini mereka dapat melatih kemampuan/skill mereka dalam mengevaluasi potensial bahaya bahan kimia dengan sendirinya. Semua eksperimen dengan lampu merah dan yang tanpa evaluasi lengkap dapat dipakai dalam pelatihan kelas laboratorium jika langkah keselamatan yang diperlukan diaplikasikan.

Pilihan menu "analytics" menampilkan dalam kebanyakan kasus sebuah kromatogram (GC atau HPLC) dari bahan mentah dan produk yang telah dipurifikasi beserta data kromatografik. Untuk identifikasi spektroskopik, spektrum resonansi nuklir magnetic proton dan 13C NMR dan juga spectrum inframerah diberikan. Spektrum ini juga biasanya disediakan untuk bahan mentah dan juga produk yang telah dipurifikasi. Spektrum dalam modul pengajaran NOP juga kebanyakan diberikan dalam bentuk interaktif, berdampingan dengan model 3-D produk tersebut.

Pilihan menu "technical directives" terbagi menjadi beberapa petunjuk umum (German Betriebsanweisung) untuk laboratorium dan petunjuk teknis untuk eksperimen (German only) sesuai dengan alinea 20 German Gefahrstoffverordnung dalam bentuk dokumen PDF.

update April 24, 2008

field study

A field study is a term used by naturalists for the scientific study of free-living wild animals in which the subjects are observed in their natural habitat, without changing, harming, or materially altering the setting or behavior \\of the animals under study.

Field study is an indispensable part of biological science. It helps to reveal the habits and habitats of various organisms present in their natural surroundings. Field studies is also an important featur4

Pendekatan Empiris

Definisi:

berdasarkan pengalaman (terutama yang diperoleh dari penemuan, percobaan, pengamatan yang telah dilakukan)

Psychology Perbandingan Teoriteori

Setiap Orang Telah Mempunyai Pengalaman Dan Pengetahuan Didalam Dirinya Dan Tertata Dalam Bentuk Struktur Kognitif Pembelajaran Akan Berhasil Bila Materi Baru Bersinambung Dengan Stuktur Kognitif Yang Sudah Ada from blogspot.com
Psikologi

Contohnya Dalam Suatu Kasus KDRT Psikologi Sosial Akan Focus Pada Penyebab Orangorang Tertentu Melakukan KDRT Sedangkan Sosiologi Akan Melihat Perbandingan Angka KDRT Pada Berbagai Lapisan Dalam Kelompok Masyarakat Psychological Social Psychology PSP Behavioral Perspective Dalam Perspektif Ini Stimulus Yang Ada Langsung Diterima Oleh Manusia Tanpa Ada Proses Belajar Teoriteori Dalam Perspektif Ini Operant Behavior And Reinforcement Social Learning Theory from ac.id

Teori Produktivitas Kelompok

Dikembangkan dari tiga teori yang berbeda orientasi :

1. Orientasi penguat : teori- teori tentang belajar
2. Orientasi lapangan : teori-teori tentang interaksi
3. Orientasi kognitif : teori-teori tentang harapan

Karakteristik Kelompok (Sorsyth, 1979), yaitu :

a. Interaksi : mencajup fisik, verbal, nonverbal, emosional

b. Struktur : pola hubungan yang stabil diantara anggota kelompok

c. Norma : aturan di dalam suatu kelompok yang mendeskripsikan secara tepat

d. Relasi antar anggota

Tujuan teori produktivitas kelompok ada intrinsik dan ekstrinsik (tujuan bersama).

Ekstrinsik adalah faktor pemersatu kelompok yang paling kuat contohnya olah raga dan memotivasi perilaku tertentu sehingga tujuan tercapai. Groupness adalah kesatuan, lebih detailnya lagi dimana tingkat kesatuan kekuatan tunggal menyatu.

Sumber : Klara Innata Arishanti, 2005

Teori Sintalitas Kelompok

Sintalitas dapat diartikan sebagai kepribadian suatu kelompok atau lebih tepat sebagai efek yang dimiliki kelompok secara total, mencakup kebersamaan, dinamika, temperamen dan kemampuan kelompok. Didalam teori sintalitas kelompok ada dimensi kelompok, yaitu:

a. Sifat-sifat sintalitas : pengaruh adanya kelompok sebagai keseluruhan terhadap kelompok lain dan lingkungannya.

b. Sifat-sifat struktur kelompok : hubungan antara anggota kelompok, perilaku kelompok dan pola oraganisasi kelompok.

c. Sifat-sifat populasi : sifat rata-rata anggota kelompok. Sifat-sifat pribadi independent dari kelompok akan dibawa ke kelompok apabila individu sebagai anggota kelompok. Cattel menggunakan rata-rata sifatnya, misalnya rata-rata intelegensi dan dan rata-rata sikap terhadap masalah.

Kita dapat meyimpulkan sintalitas kelompok dari perilaku yang tampak, misalnya agresivitas suatu kelompok terhadap kelompok lain. Sifat-sifat struktur internal adalah hubungan antaranggota kelompok yang sifat strukturnya dipantulkan dalam pola organisasi kelompok. Contoh struktur internal seperti peran, klik, status dan jaringan komunikasi.

Sumber : Prof. Dr. Bimo Walgito, 2007

Dinamika Kelompok

adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami [1].

Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamika berati interaksi atau interdependensi antara kelompok satu dengan yang lain, sedangkan Kelompok adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan bersama[2].

B . Pengertian Kelompok

1. Interaksi Interpersonal
a) Homans (1950) : kelompok adalah sejumlah individu berkomunikasi
satu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu yang
jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga tiap orang dapat
berkomunikasi dengan semua anggota secara langsung.
b) Bonner (1959) : kelompok adalah sejumlah individu yang
berinteraksi dengan individu yang lain.
c) Stogdill (1959) : satu sistem interaksi terbuka dimana pola interaksi
tersebut ditentukan oleh struktur sistem tersebut.
2. Persepsi Keanggotaan
a) Smith (1945) : kelompok sosial adalah satu unit yang terdiri dari
sejumlah organisme yang mempunyai persepsi kolektif tentang
kesatuan mereka dan mempunyai kemampuan untuk berbuat dan
bertingkah laku dengan cara yang sama terhadap lingkungan
b) Bales (1950) : kelompok kecil adalah sejumlah orang yang
berinteraksi secara langsung dimana masing-masing anggota
menerima persepsi dan impresi pertama dengan yang lain dan
memberi reaksi satu dengan yang lain.
2
3. Kesaling tergantungan
a) Lewin (1951) : konsep tentang kelompok sebagai satu dinamika
haruslah memasuki definisi tentang kesaling tergantungan anggota.
b) Friedler (1967) : kelompok itu adalah individu yang mempunyai
takdir bersama dimana jika satu kejadian mempengaruhi seseorang
dalam kelompok maka anggota lain akan terpengaruh.
c) Cartwright dan Zender (1968) : kelompok itu sekumpulan individu
yang mempunyai hubungan antar anggota yang satu dengan yang
lain yang membuat mereka saling tergantung dalam tingkatan
tertentu.
4. Tujuan
a) Mills (1967) : kelompok adalah satu unit yang terdiri dari dua orang
atau lebih yang bekerja sama atau melakukan kontak untuk
mencapai satu tujuan dan yang mempertimbangkan kerjasama
diantara kelompok sebagai satu yang berarti.
b) Freedman (1936) : orang masuk dalam kelompok antara lain dalam
rangka mencapai tujuan kelompok tersebut.
5. Motivasi
a) Catell (1951) : kelompok adalah sekumpulan organisme yang saling
berhubungan satu dengan lain untuk memenuhi kebutuhan tiap
anggota.
b) Bass (1960) : kelompok adalah sekumpulan individu dimana
keberadaannya sebagai kelompok menjadi reward.
6. Organisasi Terstruktur
a) Mc David dan Harari : organisasi sebagai kelompok adalah sistem
terorganisasi dimana ada dua orang atau lebih individu yang
berhubungan dalam fungsi yang sama, mempunyai seperangkat
standar tentang hubungan peran anggota dan mempunyai morma
yang mengatur tingkah laku anggota kelompok.
b) Sherif dan Sherif (1959) : kelompok adalah unit sosial yang
ditandai sejumlah individu yang mempunyai status, hubungan
peran, norma tertentu yang semuanya itu mengatur tingkah laku
anggota kelompok.
c) Stogdill (1959) : satu sistem interaksi terbuka dimana pola interaksi
tersebut ditentukan oleh struktur sistem tersebut.
7. Mutual Influence
a) Shaw (1979) : dua atau lebih individu yang berinteraksi satu
dengan yang lain dimana masing-masing anggota mempengaruhi
satu dengan yang lain.

A . Psikologi Kelompok – Psikologi Sosial1. Psikologi Kelompok􀂃 Agregrat : karakteristik tertentu, tidak saling mengenal ataupun berinteraksi􀂃 Audiens : melakukan hal yang sama disatu waktu, tidak salingmengenal dan kurang berinteraksi􀂃 Crowd : kedekatan secara fisik, berinteraksi terhadap suatustimulus atau situasi umum􀂃 Tim : berinteraksi secara teratur, aktivitas atau tujuantertentu􀂃 Keluarga : diikat oleh hubungan kelahiran atau ikatan hukum,biasanya tinggal dalam suatu tempat􀂃 Organisasi formal : saling bekerja sama, berstruktur jelas, adanyatujuan bersama2. Psikologi Sosial􀂃 Individu􀂃 Kelompok􀂃 Interelationship : – diantara individu- diantara kelompokB . Pengertian Kelompok1. Interaksi Interpersonala) Homans (1950) : kelompok adalah sejumlah individu berkomunikasisatu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu yangjumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga tiap orang dapatberkomunikasi dengan semua anggota secara langsung.b) Bonner (1959) : kelompok adalah sejumlah individu yangberinteraksi dengan individu yang lain.c) Stogdill (1959) : satu sistem interaksi terbuka dimana pola interaksitersebut ditentukan oleh struktur sistem tersebut.2. Persepsi Keanggotaana) Smith (1945) : kelompok sosial adalah satu unit yang terdiri darisejumlah organisme yang mempunyai persepsi kolektif tentangkesatuan mereka dan mempunyai kemampuan untuk berbuat danbertingkah laku dengan cara yang sama terhadap lingkunganb) Bales (1950) : kelompok kecil adalah sejumlah orang yangberinteraksi secara langsung dimana masing-masing anggotamenerima persepsi dan impresi pertama dengan yang lain danmemberi reaksi satu dengan yang lain.23. Kesaling tergantungana) Lewin (1951) : konsep tentang kelompok sebagai satu dinamikaharuslah memasuki definisi tentang kesaling tergantungan anggota.b) Friedler (1967) : kelompok itu adalah individu yang mempunyaitakdir bersama dimana jika satu kejadian mempengaruhi seseorangdalam kelompok maka anggota lain akan terpengaruh.c) Cartwright dan Zender (1968) : kelompok itu sekumpulan individuyang mempunyai hubungan antar anggota yang satu dengan yanglain yang membuat mereka saling tergantung dalam tingkatantertentu.4. Tujuana) Mills (1967) : kelompok adalah satu unit yang terdiri dari dua orangatau lebih yang bekerja sama atau melakukan kontak untukmencapai satu tujuan dan yang mempertimbangkan kerjasamadiantara kelompok sebagai satu yang berarti.b) Freedman (1936) : orang masuk dalam kelompok antara lain dalamrangka mencapai tujuan kelompok tersebut.5. Motivasia) Catell (1951) : kelompok adalah sekumpulan organisme yang salingberhubungan satu dengan lain untuk memenuhi kebutuhan tiapanggota.b) Bass (1960) : kelompok adalah sekumpulan individu dimanakeberadaannya sebagai kelompok menjadi reward.6. Organisasi Terstruktura) Mc David dan Harari : organisasi sebagai kelompok adalah sistemterorganisasi dimana ada dua orang atau lebih individu yangberhubungan dalam fungsi yang sama, mempunyai seperangkatstandar tentang hubungan peran anggota dan mempunyai mormayang mengatur tingkah laku anggota kelompok.b) Sherif dan Sherif (1959) : kelompok adalah unit sosial yangditandai sejumlah individu yang mempunyai status, hubunganperan, norma tertentu yang semuanya itu mengatur tingkah lakuanggota kelompok.c) Stogdill (1959) : satu sistem interaksi terbuka dimana pola interaksitersebut ditentukan oleh struktur sistem tersebut.7. Mutual Influencea) Shaw (1979) : dua atau lebih individu yang berinteraksi satudengan yang lain dimana masing-masing anggota mempengaruhisatu dengan yang lain.

1. Psikologi Kelompok

rinteraksi
􀂃 Audiens : melakukan hal yang sama disatu waktu, tidak saling
mengenal dan kurang berinteraksi
􀂃 Crowd : kedekatan secara fisik, berinteraksi terhadap suatu
stimulus atau situasi umum
􀂃 Tim : berinteraksi secara teratur, aktivitas atau tujuan
tertentu
􀂃 Keluarga : diikat oleh hubungan kelahiran atau ikatan hukum,
biasanya tinggal dalam suatu tempat
􀂃 Organisasi formal : saling bekerja sama, berstruktur jelas, adanya
tujuan bersama
2. Psikologi Sosial
􀂃 Individu
􀂃 Kelompok
􀂃 Interelationship : – diantara individu
- diantara kelompo

Kedudukan Psikologi Kelompok terhadap Psikologi Sosial

Beberapa ahli psikologi sosial pernah menyatakan bahwa kelompok bukanlah sesuatu yang riil. Floyd Allport sering mengatakan “ Anda tidak dapat tersandung melewati sebuah kelompok”, yang artinya bahwa keberadaan kelompok hanyalah di dalam benak manusia. Dalam pandangan Allport, kelompok hanyalah berbagi serangkaian nilai-nilai, gagasan-gagasan, pikiran-pikiran dan kebiasaan-kebiasaan yang muncul secara bersamaan dalam benak beberapa orang.

Beberapa ahli lain berpandangan bahwa kelompok merupakan sesuatu yang riil yang dapat diperlakukan sebagai objek di dalam lingkungan kita (Durkheim, 1898; Warriner, 1956). Sejalan dengan pandangan ini adalah pandangan yang mendukung bahwa perilaku sosial dapat dijelaskan dengan menekankan keunikan proses-proses kelompok daripada dijelaskan dalam tingkat individu. Dengan demikian, sebuah kelompok itu lebih dari sekedar kedatangan secara kebetulan orang-orang yang bersama-sama berbagi ide. Sebagai contoh, sebuah kerusuhan yang muncul setelah selesainya suatu pertandingan olah raga. Interaksi sosial semacam ini hanya dapat dipahami dengan menganalisa perilaku dalam tingkat kelompok, sebagai kebalikan dari tingkat individual. Tajfel (1982) mendukung analisa perilaku kelompok dan berpandangan bahwa untuk memahami perilaku sosial perlu mempertimbangkan kelompok sebagai entitas sederhana yang nyata, karena keanggotaan dalam kelompok merupakan bagian integral dari konsep diri (self-concept).

Sumber: Klara Innata Arishanti, 2006

I. Psikologi Kelompok
a. Agregat : Karakteristik tertentu, tidak saling mengenal atau pun berinteraksi.
b. Audiens : Melakukan hal yang sama disatu waktu, tidak saling mengenal dan kuran
berinteraksi.
c. Crowd : Kedekatan secara fisik, berinteraksi terhadap suatu stimulus atau
situasi umum.
d. Tim : Berinteraksi secara teratur, aktivitas atau tujuan tertentu.
e. Keluarga: Diikat oleh hubungan kelahiran atau ikatan hukum, biasanya tinggal
dalam suatu tempat.
f. Organisasi Formal: Saling bekerja sama, berstruktur jelas, adanya tujuan bersama.

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes